Headline yahoo! hari ini bikin marah:
"Bush says Iraq war was worth it."
The question is, worth for whom, Mr. President?
Jutaan rakyat Irak yang meninggal sia-sia, cacat, dilecehkan, ditinggalkan keluarganya, kelaparan, peninggalan sejarah bangsa Irak yang dijarah, nyawa ribuan anak muda Amerika yang ga tau apa-apa, stigma negatif terhadap umat Muslim sedunia.....worth for whom? WORTH FOR WHOM?
Aku jadi ingat beberapa tahun yang lalu ibuku mengirim SMS dari padang Arafah.
"Ibu lagi di Padang Arafah, di sini tempat doa-doa yang disampaikan mustajab, mau nitip doa apa?"
"Bu, aku mau titip doa semoga George Bush senior+junior diazab seberat-beratnya!"
Memang susah untuk ga jadi emosional ketika melihat berita tentang perang Irak di TV. Kalau mau minjem istilah suamiku, George W. Bush ibarat polisi lalu lintas yang kemana-mana menenteng bazooka. Melampaui batas. Mungkin itu definisi tersopan yang bisa menggambarkan pemimpin terburuk abad ini.
Kalau Rasulullah SAW masih hidup, kira-kira bagaimana beliau akan menyikapi sikap keterlaluan George W. Bush?
Beberapa hari yang lalu, Pakde-ku tersayang mengirimkan buku terbarunya : "Pesan Indah dari Makkah dan Madinah, 100 kisah seputar kehidupan empat khalifah bijak tentang cinta, persahabatan, kepemimpinan, kebijaksanaan bertindak, tindakan dan sikap mulia, dan jalan menuju surga."
Di buku itu ada satu kisah yang menarik:
Setelah Perang Badai usai, jumlah musuh yang tertawan oleh pasukan kaum Muslim ada sekitar 70 orang. Kaum Muslim waktu itu berselisih pendapat tentang perlakuan apa yang seharusnya dilakukan terhadap para tawanan tersebut.
Abu Bakar Al-Shiddiq yang lembut hatinya mengusulkan untuk membebaskan para tawanan, apalagi mengingat mereka sebenarnya masih memiliki hubungan keluarga. Minimal, dibebaskan setelah membayar uang tebusan.
"Wahai Rasul, Allah telah memperlakukanmu dengan penuh kasih sayang. Inilah titik tolak yang hendak saya ajukan kepadamu...", kata Abu Bakar.
Ck ck ck....lembut hati dan pemaaf sekali ya Abu Bakar...
Sementara Umar bin Al-Khathab yang tegas berpendapat lain.
"Ya Rasul, mereka nyata-nyata adalah musuh Allah dan musuhmu. Mereka mendustakanmu, menganiayamu, mengusirmu dan memerangimu. Pantaskan mereka dibebaskan? Pancung leher mereka! *hiii serem* Tidak peduli mereka adalah keluarga kita! Mereka telah menyekutukan Allah!
Beberapa saat kemudian suasana menjadi hening, sampai suara lembut Rasulullah memecah kesunyian:
"Abu Bakar, andaikan engkau malaikat, angkau adalah malaikat Mikail yang turun ke bumi membawa keridhaan dan ampunan Allah kepada hamba-hambaNya.
Jikau engkau seorang nabi, engkau laksana Ibrahim a.s yang dihadapan kaumnya dia dipandang lebih manis daripada madu dan lebih lembut daripada susu. Kaumnya menangkapnya, melawannya dan melemparkannya ke bara api tapi dia hanya berucap:
Barangsiapa memenuhi panggilanku, dia adalah umatku. Dan mereka yang tidak mengikuti seruanku, sungguh Engkau Maha Pengampun dan Maha Pengasih.
Abu Bakar, engkau laksana Isa a.s yang berdoa untuk kaumnya:
Kalau Engkau siksa mereka Ya Allah, mereka adalah hamba-hambaMu. Dan kalau Engkau ampuni, sungguh Engkau Maha Kuasa dan Maha Bijaksana."
Kepada Umar, Rasulullah SAW berkata:
"Umar, andaikan engkau malaikat, engkau adalah Malaikat Jibril yang membawa kemurkaan dan siksa Allah atas musuh-musuhNya.
Andaikan engkau nabi, engkau laksana Nuh a.s, yang ketika kaumnya tidak mendengar seruannya beliau berdoa:
Ya Tuhanku, jangan biarkan orang-orang yang bersalah itu menempati bumi. Sungguh jika mereka dibiarkan menempati bumi, mereka akan menyesatkan hamba-hambaMu dan akan melahirkan anak-anak yang berperilaku buruk dan tak tahu berterimakasih!
Atau engkau adalah Musa yang memohon:
Ya Tuhanku, sirnakanlah olehMu harta mereka dan tutuplah hati mereka agar mereka tidak beriman, sehingga mereka merasakan siksa yang menghancurkan!"
Setelah menguraikan pendapatnya, akhirnya Rasulullah menyetujui pendapat Abu Bakar. Beliau membebaskan tahanan setelah mereka membayar uang tebusan.
Kira-kira, perlakuan yang mana yang pantas diberikan kepada George W. Bush? Perlakuan a la Abu Bakar, Ibrahim a.s, dan Isa a.s, atau seperti pendapat Umar bin Al-Khathab, Nuh a.s dan Musa a.s?
Go figure.
ps. Makasih Pakde Rofi yang ga bosen-bosen mengirimkan buku terbarunya. You're the best! Jazakullah khair...
Selasa, 18 Maret 2008
Jumat, 14 Maret 2008
Aksi Reaksi - 2
Setelah ditelepon oleh Tiara Grosir sebulanan yang lalu, baru minggu ini aku sempat kesana untuk belanja bulanan sekalian membawa 40 kantung plastik untuk ditukar dengan satu tas belanja. Mulanya aku ga yakin rumahku sebegitu penuhnya dengan kantung plastik sampai ada 40 tas plastik bercap Tiara Grosir di rumah...Tapi ternyata ada loh...Lebih malah!
Waktu sampai di Tiara, aku agak kebingungan. Kok ga ada woro-woro sama sekali ya tentang program penukaran plastik ini. Jangan-jangan programnya batal? Ah udahlah, belanja dulu aja, nanti aku tanya ke bagian informasi.
Di kasir, Mbak Kasir memberitahu aku kalau ada suvenir dari Tiara untuk aku yang bisa diambil di bagian informasi. Kebetulan banget, aku emang mau kesana...
Di informasi :
+ Mbak, katanya ada suvenir untuk saya ya?
- O iya, ini ada hadiah payung cantik karena waktu itu Mbak udah mengisi kotak kritik dan saran kami...
Payung cantik? Trus program yang waktu itu gimana?
+ Waktu itu saya dapat telpon dari Tiara, katanya ada program penukaran kantung plastik ya?
- *pause sebentar* Oooo ya ya...*sambil menarik kardus berisi lusinan kantung kain dari bawah meja informasi* Ini bisa ditukar dengan 40 kantung plastik Tiara....
+ *lega* Oke deeeh, saya tukar sekarang ya, kebetulan saya udah bawa nih...
Sambil Mbak Informasi memeriksa kantung plastik yang aku bawa....
+ Ngomong-ngomong udah banyak belum Mbak yang menukar kantung plastiknya?
- Yaaah, ada sih beberapa, lagian kita juga ga mengekspos program ini kok...
Hmmmm??? Aneh....
Jangan-jangan ujung-ujungnya cuma aku dan pegawai Tiara yang menukar kantung plastiknya. Sayang juga ya program sebagus ini ga dipromosikan dengan meriah, padahal aku rasa ini juga strategi marketing yang menarik loh...Mungkin Tiara ngerasa 'sayang' kalau tas kainnya cepat habis diserbu pelanggan yang mau menukar kantung plastiknya. Ga tau juga deh...
Kayanya aku musti ngisi kotak kritik dan saran lagi nih, biar Tiara pusing punya pelanggan bawel kaya aku...hihihi.
Selain nulis langsung ke mereka aku juga mau mengajak kamu-kamu semua yang tinggal di Denpasar dan punya banyak stock kantung plastik bercap Tiara Grosir ukuran M dan L untuk ditukarkan. Lumayan kan itung-itung bersih-bersih rumah trus dapet hadiah tas. Tasnya lumayan lucu, warnanya ijo muda, ukurannya muat banyak tapi bahannya ringan jadi masih bisa dilipat kecil-kecil. Nanti, kalau belanja di mana aja, tas ini bisa dipakai untuk pengganti kantung plastik.
Yang menarik, setelah bebas dari 40 kantung plastik, aku mulai membongkar lagi 'koleksi' plastik-plastik di rumah. Ternyata, aku nemu 40-an kantung plastik Tiara Grosir lagi! Busyet, itu baru yang bercap Tiara Grosir aja, belum dari tempat-tempat lain....Berarti emang selama ini rumahku udah jadi TPS....Pantesan sempit!
Angka ini lumayan mengagetkan karena anggota keluargaku baru dua orang, tapi populasi kantung plastik di rumah udah lebih dari 40 kali lipatnya (...dan masih terus nambah). Nah, tinggal diitung-itung aja berapa banyak kantung plastik yang beredar di Bali, di Indonesia, dan... dunia. Jangan-jangan beberapa tahun ke depan semua permukaan bumi ini udah ga terlihat lagi karena tertutup oleh sampah-sampah plastik. Hiiii....
Waktu sampai di Tiara, aku agak kebingungan. Kok ga ada woro-woro sama sekali ya tentang program penukaran plastik ini. Jangan-jangan programnya batal? Ah udahlah, belanja dulu aja, nanti aku tanya ke bagian informasi.
Di kasir, Mbak Kasir memberitahu aku kalau ada suvenir dari Tiara untuk aku yang bisa diambil di bagian informasi. Kebetulan banget, aku emang mau kesana...
Di informasi :
+ Mbak, katanya ada suvenir untuk saya ya?
- O iya, ini ada hadiah payung cantik karena waktu itu Mbak udah mengisi kotak kritik dan saran kami...
Payung cantik? Trus program yang waktu itu gimana?
+ Waktu itu saya dapat telpon dari Tiara, katanya ada program penukaran kantung plastik ya?
- *pause sebentar* Oooo ya ya...*sambil menarik kardus berisi lusinan kantung kain dari bawah meja informasi* Ini bisa ditukar dengan 40 kantung plastik Tiara....
+ *lega* Oke deeeh, saya tukar sekarang ya, kebetulan saya udah bawa nih...
Sambil Mbak Informasi memeriksa kantung plastik yang aku bawa....
+ Ngomong-ngomong udah banyak belum Mbak yang menukar kantung plastiknya?
- Yaaah, ada sih beberapa, lagian kita juga ga mengekspos program ini kok...
Hmmmm??? Aneh....
Jangan-jangan ujung-ujungnya cuma aku dan pegawai Tiara yang menukar kantung plastiknya. Sayang juga ya program sebagus ini ga dipromosikan dengan meriah, padahal aku rasa ini juga strategi marketing yang menarik loh...Mungkin Tiara ngerasa 'sayang' kalau tas kainnya cepat habis diserbu pelanggan yang mau menukar kantung plastiknya. Ga tau juga deh...
Kayanya aku musti ngisi kotak kritik dan saran lagi nih, biar Tiara pusing punya pelanggan bawel kaya aku...hihihi.

Yang menarik, setelah bebas dari 40 kantung plastik, aku mulai membongkar lagi 'koleksi' plastik-plastik di rumah. Ternyata, aku nemu 40-an kantung plastik Tiara Grosir lagi! Busyet, itu baru yang bercap Tiara Grosir aja, belum dari tempat-tempat lain....Berarti emang selama ini rumahku udah jadi TPS....Pantesan sempit!
Angka ini lumayan mengagetkan karena anggota keluargaku baru dua orang, tapi populasi kantung plastik di rumah udah lebih dari 40 kali lipatnya (...dan masih terus nambah). Nah, tinggal diitung-itung aja berapa banyak kantung plastik yang beredar di Bali, di Indonesia, dan... dunia. Jangan-jangan beberapa tahun ke depan semua permukaan bumi ini udah ga terlihat lagi karena tertutup oleh sampah-sampah plastik. Hiiii....
Senin, 10 Maret 2008
Haiyaaaah!!
Beberapa minggu yang lalu ada yang mengundang aku menjadi kontaknya di Multiply. Pastinya aku terima dong undangannya... Siapa coba yang ga seneng dapet temen baru. Ini salah satu yang asik dari Multiply, aku bisa dapet banyak temen baru, di antaranya orang-orang yang aku kagumi kaya Hanung Bramantyo, Helvy Tiana Rosa, Abdurrahman Faiz atau Andrea Hirata. Asik kan?
Balik lagi ke topik cerita, panggil aja orang yang meng-invite aku itu namanya mas WP ( mas Wordpress maksud lo? ;P ).... Beberapa hari setelah undangannya aku terima, dia kirim email deh...Anehnya kenapa masuk di folder Bulk Mail yak? Mungkin Yahoo! sekarang punya fasilitas baru ga cuma mendeteksi spam tapi juga mendeteksi orang-orang dengan niatan terselubung...hihihi. Untung aku emang rajin cek folder bulk mail ini, ga tau kenapa banyak email yang 'aman' dan ditunggu-tunggu sering juga nyasar ke sini.
Di emailnya itu dia bilang pengen kenalan dan kemarin baru mengundang aku untuk menjadi kontaknya di Multiply. Yo wis, aku balas: ' Allo, salam kenal, kemaren dah aku accept kok invitationnya'. Udah....
Eh, tadi pagi ada email lagi dari Mas WP ( yang lagi-lagi masuk ke folder Bulk, duuuh kasiyan deh kamu, Mas) yang minta diajarin gimana cara posting blog atau foto di Multiply. Hmmm sebenernya gampang aja, tinggal cari aja option post di sidebar atas trus pilih deh mau posting apa. Sayangnya, tadi pagi aku lagi banyak kerjaan dan ga sempet untuk balas berbalas email. Sabar ya....
Malam ini baru deh aku buka inbox Yahoo-ku lagi. Dan ternyata ada email lagi dari Mas WP! Emailnya, biar ditulis dengan font yang lumayan gede, tapi bikin aku harus mengulang membaca berkali-kali sampai bisa mengerti isinya...Gini nih isinya *copypastelangsung*:
"Waduh , sorry, maap. Kemaren-kemaren aku nggak tau kalo status kamu udah nikah. Kemaren itu aku lagi pengen cari teman . Hari ini aku baru tau kalo kamu status married. Ya udah deh. Mulai hari ini aku nggak akan pernah kirim email lagi ke kamu. I hope you will have nice life.Good Bye."
Apaaa??? Apaaaa????? Teganya!
Belum pernah aku mengalami nasib setragis ini! Berakhir sebelum dimulai...*Hiks hiks...*
Kenapa, Mas? Kenapaaaaaa??? Aku butuh penjelasaaaan!! Bilang, Mas...bilaaaaang!!! Aku tak bodooh, seperti kekasihmu yang laiiiin *sing*...
Tapi, ya sudahlah, kalau memang itu keputusanmu, semoga engkau mendapat ganti yang lebih baik daripada aku...Hiks hiks...Huaaaaaaaaaaaaa....
I'm sorry...Goodbye juga, Mas WP....Till we meet again...
Ps: untuk kamu yang punya account Multiply juga, dan keberatan dengan statusku ( aku juga ga ngebeda-bedain SARAS kok -Suku Agama Ras Antar Status), silakan add disini. Ditunggu ya!
Balik lagi ke topik cerita, panggil aja orang yang meng-invite aku itu namanya mas WP ( mas Wordpress maksud lo? ;P ).... Beberapa hari setelah undangannya aku terima, dia kirim email deh...Anehnya kenapa masuk di folder Bulk Mail yak? Mungkin Yahoo! sekarang punya fasilitas baru ga cuma mendeteksi spam tapi juga mendeteksi orang-orang dengan niatan terselubung...hihihi. Untung aku emang rajin cek folder bulk mail ini, ga tau kenapa banyak email yang 'aman' dan ditunggu-tunggu sering juga nyasar ke sini.
Di emailnya itu dia bilang pengen kenalan dan kemarin baru mengundang aku untuk menjadi kontaknya di Multiply. Yo wis, aku balas: ' Allo, salam kenal, kemaren dah aku accept kok invitationnya'. Udah....
Eh, tadi pagi ada email lagi dari Mas WP ( yang lagi-lagi masuk ke folder Bulk, duuuh kasiyan deh kamu, Mas) yang minta diajarin gimana cara posting blog atau foto di Multiply. Hmmm sebenernya gampang aja, tinggal cari aja option post di sidebar atas trus pilih deh mau posting apa. Sayangnya, tadi pagi aku lagi banyak kerjaan dan ga sempet untuk balas berbalas email. Sabar ya....
Malam ini baru deh aku buka inbox Yahoo-ku lagi. Dan ternyata ada email lagi dari Mas WP! Emailnya, biar ditulis dengan font yang lumayan gede, tapi bikin aku harus mengulang membaca berkali-kali sampai bisa mengerti isinya...Gini nih isinya *copypastelangsung*:
"Waduh , sorry, maap. Kemaren-kemaren aku nggak tau kalo status kamu udah nikah. Kemaren itu aku lagi pengen cari teman . Hari ini aku baru tau kalo kamu status married. Ya udah deh. Mulai hari ini aku nggak akan pernah kirim email lagi ke kamu. I hope you will have nice life.Good Bye."
Apaaa??? Apaaaa????? Teganya!
Belum pernah aku mengalami nasib setragis ini! Berakhir sebelum dimulai...*Hiks hiks...*
Kenapa, Mas? Kenapaaaaaa??? Aku butuh penjelasaaaan!! Bilang, Mas...bilaaaaang!!! Aku tak bodooh, seperti kekasihmu yang laiiiin *sing*...
Tapi, ya sudahlah, kalau memang itu keputusanmu, semoga engkau mendapat ganti yang lebih baik daripada aku...Hiks hiks...Huaaaaaaaaaaaaa....
I'm sorry...Goodbye juga, Mas WP....Till we meet again...
Ps: untuk kamu yang punya account Multiply juga, dan keberatan dengan statusku ( aku juga ga ngebeda-bedain SARAS kok -Suku Agama Ras Antar Status), silakan add disini. Ditunggu ya!
Minggu, 02 Maret 2008
Ayat-ayat Cinta Vs Ayat-ayat Cinta
Mulanya aku ga yakin kalau film Ayat-ayat Cinta bakal diputar di Bali tanggal 28 Februari lalu. Tapi waktu kemarin liat jadwal bioskop di koran ternyata film ini udah main loh! Asiiik nonton yuk!
Jauh sebelum filmnya resmi disiarkan serentak di kota-kota di Indonesia, udah banyak banget pro dan kontra tentang film ini ( hayooo pada nonton bajakan ya? hihihi) . Ada yang bilang 'ga banget' kalo dibandingin sama bukunya, ada juga yang lebih netral dan bilang, untuk yang udah baca bukunya, memang bukunya jauh lebih bagus. Tapi untuk yang belum pernah baca bukunya, katanya filmnya juga inspiring dan membuat penonton penasaran untuk membaca bukunya. Hmmmm....
Aku sendiri sukaaa banget sama buku Ayat-ayat Cinta. Menurut aku bukunya berhasil meluruskan definisi kata 'romantis' yang selama ini rasanya rancu. Di film-film Hollywood, romantis selalu identik dengan 'lust', dan lama kelamaan kita terpengaruh dengan propaganda itu trus menjadikan itu acuan. Pernikahan dianggap sebagai hal yang kuno, mengikat dan menghambat. Boro-boro ngomongin ta'aruf atau khitbah. Poligami yang menjadi win-win solution malah dicela-cela atau disalah gunakan, tapi kumpul kebo dianggap benar. Nah, buku karya Habiburahman El-Shirazy ini berhasil memutarbalikkan itu semua.
Waktu film ini masih direncanakan produksinya, katanya, banyak yang udah skeptis duluan. Wajar sih, pastinya penyuka Ayat-ayat Cinta terlalu sayang sama buku ini, dan ga mau filmnya merusak keindahan ceritanya.
Hanung Bramantyo sendiri adalah sutradara favoritku. Aku suka sebagian besar karya-karyanya ( asal bukan yang horor aja...doooh, puh-leeease?!!). Tapi emang, jarang ada buku best-seller yang difilmkan dan filmnya berhasil menyamai kualitas bukunya. Ayat-ayat Cinta the movies nasibnya gimana? Akan sukseskah? Makanya aku penasaran banget buat nonton film ini.
Setelah nonton, ini dia komentar-komentarku:
GA SUKA!:
- Kepribadian karakter di film berbeda dengan novelnya.
Fahri misalnya, banyak adegan-adegan dimana Fahri berdua-dua-an dengan Maria. Padahal kalau di bukunya, Fahri digambarkan sebagai karakter yang sangat menjaga jarak dengan lawan jenis non muhrim. Berjalan berdampingan aja ga pernah, apalagi berdua-duaan. Dan ini kan yang sebenarnya membuat karakter Fahri berbeda dibandingkan dengan karakter di film-film lain.
Trus trus...Aisha. Oh ooooooooh.....Ada apa dengan Aisha di film? Di film, Aisha digambarkan sebagai perempuan kaya yang dominan terhadap suami, manja dan pundungan. Padahal di buku, karakter Aisha betul-betul membuat aku pengeeeeen banget bisa jadi seperti dia. Pintar, sholehah, dan sangat hormat kepada suami.
Adegan yang paling aku ga suka adalah waktu Aisha membereskan kopernya dan berniat pergi ke Turki tanpa memberitahu Fahri! Waaaaw! Ini fatal, Mas Hanung. Udah jelas banget deh kalau di Islam, istri ga boleh keluar rumah tanpa izin suami. Kemana Aisha yang aku suka :(?
- Di film juga Fahrinya ga terlalu keliatan cintanya kepada Aisha. Malahan mereka jadi lebih banyak berantem. Maria justru lebih menonjol di Ayat-ayat Cinta the Movies ini. Kurang banyak adegan atau dialog antara Fahri kepada Aisha yang bener-bener menunjukkan 'oh-Aisha-you're the only one I want-things'.
- Ada beberapa adegan (biarpun ga banyak) yang masih 'sinetron banget!'. Tau kan, sinetron selalu menggambarkan seluruh peristiwa dengan kata-kata verbal dan mimik yang berlebihan. Misalnya, di adegan waktu Bahadur ketangkap basah bersalah dan memarahi anak buahnya, menurut aku adegan ini komikal banget dan sinetron banget. Yaiks! I hate sinetron!
-Tikus di penjara. Uuuuuuuuggggh...ga suka binatang ini!!!
SUKA SUKA! :
- Adaptasi dari novel ke filmnya. Alur cerita antara film dengan buku agak beda, tapi daripada cerita dari buku ditransfer mentah-mentah ke film dan hasilnya adalah durasi yang kepanjangan, aku lebih suka gaya adaptasi kaya gini. Seperti biasa, di setiap karyanya Mas Hanung selalu berhasil membuat filmnya ga membosankan untuk ditonton.
- Ending di film dengan di buku juga beda. Aku lebih suka ending di buku sih, tapi ga keberatan juga dengan ending di film yang tetap bikin mata berkaca-kaca dan kalau ga gengsi sama M'pri pasti udah nangis bombay deh....Huaaaa....
- Nilai-nilai yang disisipkan tanpa membuat film ini 'berat'.
- Sudut-sudut pengambilan gambarnya dong.
- Jilbabnya Aisha!! Huhuhu....Mauuuu....
- Aktris dan aktornya cocok untuk masing-masing peran. Maria-nya cantik, Rianti juga lebih cantik dari biasanya..........mungkin karena mukanya ga keliatan...*hihihi becanda deng*
- Rumahnya paman Eqbal. Suka! Jangan bilang ini settingnya di studio di Indonesia. Ga mungkin ah!
- Setting waktu ijab kabul. Cantik banget. Adegan ijab kabulnya juga bikin aku terharu (Yeaaa...kapan sih aku ga terharu ngeliat orang married?).... Tapi lengkingan khas cewe Arab setelah ijab kabul kok kurang kedengaran cengkoknya ya?
- Walaupun dengan segala pengorbanan dan kesulitan, Mas Hanung tetap berjuang supaya film Ayat-ayat Cinta ini selesai diproduksi dan ga mengecewakan pembaca novelnya :).
Secara keseluruhan, aku suka film ini. Biarpun lebih suka versi bukunya, tapi filmnya juga highly recommended kok. Sekarang jadi ga sabar nunggu DVD-nya keluar. DVD original loh,bukan bajakan!
Membaca curhat-curhatnya Mas Hanung di blognya, ternyata selama produksi film ini banyak banget hambatan, kesulitan dan pengorbanan. Semoga semua capek-capek dan kesulitan saat produksi ga ada apa-apanya dibanding dengan antrian panjang penonton di loket-loket bioskop di Indonesia ( atau di banyak negara lain....Amiiiin).
Jauh sebelum filmnya resmi disiarkan serentak di kota-kota di Indonesia, udah banyak banget pro dan kontra tentang film ini ( hayooo pada nonton bajakan ya? hihihi) . Ada yang bilang 'ga banget' kalo dibandingin sama bukunya, ada juga yang lebih netral dan bilang, untuk yang udah baca bukunya, memang bukunya jauh lebih bagus. Tapi untuk yang belum pernah baca bukunya, katanya filmnya juga inspiring dan membuat penonton penasaran untuk membaca bukunya. Hmmmm....
Aku sendiri sukaaa banget sama buku Ayat-ayat Cinta. Menurut aku bukunya berhasil meluruskan definisi kata 'romantis' yang selama ini rasanya rancu. Di film-film Hollywood, romantis selalu identik dengan 'lust', dan lama kelamaan kita terpengaruh dengan propaganda itu trus menjadikan itu acuan. Pernikahan dianggap sebagai hal yang kuno, mengikat dan menghambat. Boro-boro ngomongin ta'aruf atau khitbah. Poligami yang menjadi win-win solution malah dicela-cela atau disalah gunakan, tapi kumpul kebo dianggap benar. Nah, buku karya Habiburahman El-Shirazy ini berhasil memutarbalikkan itu semua.
Waktu film ini masih direncanakan produksinya, katanya, banyak yang udah skeptis duluan. Wajar sih, pastinya penyuka Ayat-ayat Cinta terlalu sayang sama buku ini, dan ga mau filmnya merusak keindahan ceritanya.
Hanung Bramantyo sendiri adalah sutradara favoritku. Aku suka sebagian besar karya-karyanya ( asal bukan yang horor aja...doooh, puh-leeease?!!). Tapi emang, jarang ada buku best-seller yang difilmkan dan filmnya berhasil menyamai kualitas bukunya. Ayat-ayat Cinta the movies nasibnya gimana? Akan sukseskah? Makanya aku penasaran banget buat nonton film ini.
Setelah nonton, ini dia komentar-komentarku:
GA SUKA!:
- Kepribadian karakter di film berbeda dengan novelnya.
Fahri misalnya, banyak adegan-adegan dimana Fahri berdua-dua-an dengan Maria. Padahal kalau di bukunya, Fahri digambarkan sebagai karakter yang sangat menjaga jarak dengan lawan jenis non muhrim. Berjalan berdampingan aja ga pernah, apalagi berdua-duaan. Dan ini kan yang sebenarnya membuat karakter Fahri berbeda dibandingkan dengan karakter di film-film lain.
Trus trus...Aisha. Oh ooooooooh.....Ada apa dengan Aisha di film? Di film, Aisha digambarkan sebagai perempuan kaya yang dominan terhadap suami, manja dan pundungan. Padahal di buku, karakter Aisha betul-betul membuat aku pengeeeeen banget bisa jadi seperti dia. Pintar, sholehah, dan sangat hormat kepada suami.
Adegan yang paling aku ga suka adalah waktu Aisha membereskan kopernya dan berniat pergi ke Turki tanpa memberitahu Fahri! Waaaaw! Ini fatal, Mas Hanung. Udah jelas banget deh kalau di Islam, istri ga boleh keluar rumah tanpa izin suami. Kemana Aisha yang aku suka :(?
- Di film juga Fahrinya ga terlalu keliatan cintanya kepada Aisha. Malahan mereka jadi lebih banyak berantem. Maria justru lebih menonjol di Ayat-ayat Cinta the Movies ini. Kurang banyak adegan atau dialog antara Fahri kepada Aisha yang bener-bener menunjukkan 'oh-Aisha-you're the only one I want-things'.
- Ada beberapa adegan (biarpun ga banyak) yang masih 'sinetron banget!'. Tau kan, sinetron selalu menggambarkan seluruh peristiwa dengan kata-kata verbal dan mimik yang berlebihan. Misalnya, di adegan waktu Bahadur ketangkap basah bersalah dan memarahi anak buahnya, menurut aku adegan ini komikal banget dan sinetron banget. Yaiks! I hate sinetron!
-Tikus di penjara. Uuuuuuuuggggh...ga suka binatang ini!!!
SUKA SUKA! :
- Adaptasi dari novel ke filmnya. Alur cerita antara film dengan buku agak beda, tapi daripada cerita dari buku ditransfer mentah-mentah ke film dan hasilnya adalah durasi yang kepanjangan, aku lebih suka gaya adaptasi kaya gini. Seperti biasa, di setiap karyanya Mas Hanung selalu berhasil membuat filmnya ga membosankan untuk ditonton.
- Ending di film dengan di buku juga beda. Aku lebih suka ending di buku sih, tapi ga keberatan juga dengan ending di film yang tetap bikin mata berkaca-kaca dan kalau ga gengsi sama M'pri pasti udah nangis bombay deh....Huaaaa....
- Nilai-nilai yang disisipkan tanpa membuat film ini 'berat'.
- Sudut-sudut pengambilan gambarnya dong.
- Jilbabnya Aisha!! Huhuhu....Mauuuu....
- Aktris dan aktornya cocok untuk masing-masing peran. Maria-nya cantik, Rianti juga lebih cantik dari biasanya..........mungkin karena mukanya ga keliatan...*hihihi becanda deng*
- Rumahnya paman Eqbal. Suka! Jangan bilang ini settingnya di studio di Indonesia. Ga mungkin ah!
- Setting waktu ijab kabul. Cantik banget. Adegan ijab kabulnya juga bikin aku terharu (Yeaaa...kapan sih aku ga terharu ngeliat orang married?).... Tapi lengkingan khas cewe Arab setelah ijab kabul kok kurang kedengaran cengkoknya ya?
- Walaupun dengan segala pengorbanan dan kesulitan, Mas Hanung tetap berjuang supaya film Ayat-ayat Cinta ini selesai diproduksi dan ga mengecewakan pembaca novelnya :).
Secara keseluruhan, aku suka film ini. Biarpun lebih suka versi bukunya, tapi filmnya juga highly recommended kok. Sekarang jadi ga sabar nunggu DVD-nya keluar. DVD original loh,bukan bajakan!
Membaca curhat-curhatnya Mas Hanung di blognya, ternyata selama produksi film ini banyak banget hambatan, kesulitan dan pengorbanan. Semoga semua capek-capek dan kesulitan saat produksi ga ada apa-apanya dibanding dengan antrian panjang penonton di loket-loket bioskop di Indonesia ( atau di banyak negara lain....Amiiiin).
Minggu, 24 Februari 2008
Kamis, 21 Februari 2008
Futurarc Prize, Futurarc Forum dan Green Architecture

Ceritanya beberapa bulan yang lalu aku diajak mantan pacarku dan Fajar untuk ikut sayembara desain Green Architecture yang diadakan oleh BCI Asia. Akhirnya, selama beberapa bulan terakhir, kami bertiga mengorbankan hari-hari weekend untuk mengerjakan sayembara ini. Hari-hari yang melelahkan tapi juga menyenangkan. Hari-hari yang berbeda dari rutinitas biasa, hari-hari dimana kami banyak belajar tentang hal-hal baru dan mendesain dengan all-out. Setelah semuanya selesai, kami sudah merasa sebagai pemenang, karena puas dengan apa yang kami hasilkan. Apapun keputusan juri, itu ada di urutan kesekian.
Seminggu sebelum pengumuman resmi pemenang, telepon rumahku berdering jam 11 malam! M'pri dan aku udah melirik bengis ke arah telepon. Gila, siapa nih yang nelpon jam segini?
Akhirnya aku angkat juga, dan...
"Keow, kita menang!!"
ternyata Fajar, dia baru ditelepon oleh panitia sayembara.
"Hah? Juara berapa?"
"Juara pertama untuk site Malaysia!"
Senang? Pastinya...
Alhamdulillah...
Tapi yang jelas, kami udah merasa senang dari jauh-jauh hari sebelum dinyatakan sebagai "pemenang".
Oia, ada kabar yang lebih menyenangkan lagi. Sayembara ini adalah sayembara internasional khususnya se-Asia Pasific dengan tiga lokasi yang disayembarakan: Malaysia, Filipina dan Australia. Nah ternyata, seluruh pemenang dari masing-masing lokasi berasal dari indonesia loh! Yeaaa!! Selamat ya!
Waktu orang tua dan saudara-saudaraku menerima kabar menyenangkan ini, mereka semua bertanya, "Emang green architecture itu apa sih?"
iya, apa sih green architecture itu?
Sebelum bercerita lebih banyak, aku mau berterimakasih dulu kepada panitia sayembara ini. tanpa inisiatif mereka menyelenggarakan sayembara bertema "green architecture", kami mungkin ga akan termotivasi untuk belajar tentang topik ini. Hadiah uangnya mungkin ga terlalu besar ( kecuali kalau ada yang mau beli hadiah software autodesk revit-nya ;P), tapi kami belajar banyak.
Pengumuman resmi pemenang Futurarc Prize diadakan bersamaan dengan Futurarc Forum 2008 yang bertemakan Green Architecture. Walaupun bukan topik baru, green architecture akhir-akhir ini lebih banyak dibicarakan sejak Al-Gore mengampanyekan isu global warming.
Ga usah didebat lagi kalau arsitek adalah salah satu profesi yang paling berperan terhadap perusakan bumi. Beberapa dekade terakhir, kita terlalu dimanjakan oleh teknologi. Penghangat/pendingin ruangan yang mungkin sudah tidak menggunakan freon, tetapi menyita energi listrik yang cukup besar, pembangunan besar-besaran yang mengurangi luasan daerah hijau, pembabatan hasil hutan untuk material bangunan, dan lainnya. Bertobatlah hai arsitek-arsitek!
Dr. Raymond J. Cole, dari British Columbia University, Canada meringkas definisi 'green architecture' ke dalam klasifikasi sebagai berikut:
Reuse:
- energy
- material
- water
- land
Reduce:
- green house effect emission
- ozone depletion
- liquid effluent
- solid waste
Improve:
- indoor air quality
- thermal
- lighting
- acoustic
Gampang kan? Gampang ngetiknya, aplikasinya belum tentu...hehehe. But if there's a will there's a way kan? Poin-poin dari Dr. Cole di atas adalah prinsip-prinsip dasarnya, sementara gaya arsitekturnya bisa tergantung kepada selera masing-masing individu. Yang musti diingat adalah 'green architecture' itu bukan sekedar kosmetik. Atap rumput apakah pasti hijau? Belum tentu. Kalau pemilihan jenis vegetasinya ga sesuai dengan lingkungan setempatnya dan malah menguras banyak air untuk menyiram bagaimana?
Pak Budi Sukada, ketua IAI pusat memberikan kutipan yang bagus sekali,
"karya bukanlah hasil akhir, melainkan sarana."
Kutipan ini mengingatkan kita bahwa pada saat membangun, kita harus menyadari bahwa ada 'pendahulu'-'pendahulu' di lingkungan tempat kita membangun. Apakah itu berupa bangunan lain, pepohonan, sumber mata air dan lainnya. Jadi, pembangunan harus selaras dengan kondisi yang sudah berlaku, dan setelah pembangunan selesai, bukan berarti pekerjaan kita selesai, karena kita harus terus membinanya supaya keselarasan terus terjadi.
Ah aku jadi ngerasa banyak omong banget. Padahal kalau di rumah juga masih suka pasang AC, hihihi. Pembenarannya, ini kan rumah kontrakan, dulunya ga dirancang dengan bener jadinya ventilasinya ga berfungsi dan gerah banget! Berarti nanti kalo aku ngerancang rumah sendiri konsep rancangannya adalah bablas angine ;P.
Walaupun mencerahkan, aku juga ingin mengkritik pembicara-pembicara di Futurarc Forum kemarin. Aku merasa beberapa di antara para pembicara terlalu berpikiran west oriented atau modern oriented. Dr. Cole di akhir presentasinya mengatakan: " I hope in the future, architect in Indonesia will start to build as architects in north america do." Bang Ridwan Kamil -tanpa mengurangi rasa hormat- mengatakan, "Kita harus melakukan pendekatan secara bertahap kepada penduduk-penduduk 'daerah' agar mereka memahami konsep green architecture."
Aku ga bermaksud sok tahu atau sok pintar, tapi dari yang aku pelajari, desain arsitektur vernakular indonesia adalah contoh baik desain-desain yang menerapkan prinsip-prinsip green architecture. Justru kitalah yang harus banyak belajar dari peninggalan nenek moyang kita, dan juga dari orang-orang kampung yang tidak memperoleh pendidikan tinggi tetapi hidup seimbang dengan lingkungannya.
Aku tinggal di salah satu kampung di bali. Disini, bapak-bapak petani setiap hari menggunakan sepeda ke sawah alih-alih memakai kendaraan yang tergantung pada BBM. Mereka bertelanjang dada ( bapak-bapaknya lo ya ;P) sehingga ga memerlukan AC. Mereka malah sudah mengenal istilah 'water reuse' karena mereka mandi di sungai, lalu air bekas mandi digunakan untuk mencuci baju lalu air bekas mencuci baju digunakan untuk mencuci sepeda ( atau kebalik siklusnya ya? ;P). Jadi, ternyata mereka lebih 'green' kan daripada kita?
Pada saat mengerjakan sayembara, kami banyak belajar dari salah satu arsitek australia, Troppo Architect. Mereka adalah arsitek yang rajin mengeksplorasi desain bangunan untuk mampu beradaptasi dengan iklim setempat, terutama iklim tropis. Menariknya, karena iklim hot-humid di Australia utara mirip dengan iklim di Indonesia, maka mereka banyak belajar dan mentransformasi arsitektur-arsitektur tradisional Indonesia, seperti di daerah Makasar. Hasil rancangan mereka kebanyakan adalah bangunan-bangunan bermaterial baja ( karena baja mudah didapat di Australia) dengan bermacam-macam bentuk atap miring futuristik. Jadi, alangkah ruginya kita karena sering memandang sebelah mata kepada arsitektur lokal sementara arsitek mancanegara justru menggali ilmu dari sana. Selama ini, kita terlalu banyak berkiblat ke arsitek-arsitek barat yang notabene kondisi iklimnya jauh berbeda, sementara banyak contoh-contoh menarik dan sudah teruji fungsionalitasnya di kampung sendiri.
Salah satu contoh bagus tentang kolaborasi antara arsitek dan penduduk lokal ada di Kenya. Para arsitek dari ITDG ( Intermediate Technology Development Group) , hanya mengarahkan kepada kliennya, perempuan Maasai, Kenya, untuk menambahkan jendela dan parit di sekitar rumah tradisional mereka. Ya, dikarenakan perubahan gaya hidup dan kebutuhan, arsitektur tradisional pun harus mampu beradaptasi. Tapi itu bukan berarti menggantinya dengan yang sama sekali baru kan?
Dengan kekayaan preseden seperti di Indonesia, sebetulnya tidak sulit bagi Indonesia untuk mulai menerapkan prinsip-prinsip 'green architecture'. Negara tetangga kita, Australia, Vietnam, Singapura dan ( oh oh ) Malaysia sudah maju beberapa langkah di depan. Yah sebete-betenya kita sama Malaysia ternyata mereka emang selalu lebih duluan daripada kita... Kasiyaan deh kita..:)
Menurutku, keberlanjutan 'green architecture' di Indonesia agak meragukan. Pada saat Forum Futurarc kemarin, perwakilan pejabat dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Pemda DKI, meninggalkan acara ga lama setelah mereka memberikan sambutan dan... ga balik-balik lagi! Padahal acaranya bagus loh, presentasi dari pembicara-pembicaranya juga mencerahkan. Andaikan aja mereka mau mendengar.
Sekarang aku ga heran kenapa Indonesia sulit untuk maju padahal banyak orang pintar yang tinggal dan berasal dari sini. Jelas kelihatan pemerintah ga berupaya membangun sinergi yang positif dengan mereka. Sampai kapan sih pejabat kita cuma mau bertugas sebagai penggunting pita dan pemberi sambutan? ....dan kita membayar pajak untuk menggaji mereka melakukan itu semua. Sebel kan?
Ps. lihat juga:
Architecture 2030
Architecture For Humanity
ITDG ( Intermediate Technology Development Group) official website
Inhabitat
Building.co.uk
Greenhouse.gov.au
Rabu, 20 Februari 2008
Miracle of Love
Dian Syarief Pratomo. Kalau cerita tentang Mbak Dian, ga mungkin tanpa ada tetesan air mata…*hiks hiks…..hmmmmmmpppph….tarik napas panjang dan…mulai!*
Aku sudah mendengar banyak cerita tentang Mbak Dian dari dulu sekali...Beliau adalah teman Ibuku, jadi kalau Ibu bercerita tentang Mbak Dian ke teman-temannya, aku sering nguping :)...Beberapa kali juga profilnya muncul di beberapa media cetak di Indonesia. Salah satunya disini.
Kalau masing-masing orang diminta menuliskan deskripsi kehidupan yang sempurna versi mereka, mungkin hampir semua orang akan menulis poin-poin seperti lahir di keluarga yang berkecukupan, wajah yang cantik atau ganteng, kuliah di sekolah tinggi yang berkualitas, memiliki karir yang cemerlang dan memiliki pasangan hidup yang juga cantik atau ganteng.
Mbak Dian memiliki itu semua.
Tapi ternyata, deskripsi kehidupan sempurna versi manusia berbeda dengan versi Allah SWT . Allah SWT ingin Mbak Dian memiliki kehidupan yang lebih sempurna lagi. Sehingga, siapa yang menyangka, di puncak karirnya, Allah menitipkan kepada Mbak Dian penyakit lupus. Penyakit yang sampai sekarang belum ditemukan obatnya. Penyakit yang biasa diberi julukan penyakit 1000 wajah, karena penyakit ini selalu ‘menyamar’ menjadi gejala penyakit lain. Hal ini menyebabkan penyakit lupus sulit untuk didiagnosa.
Allah SWT seakan-akan ingin menunjukkan kekuasaanNya kepada mahlukNya. Ibu dan saudara-saudara Mbak Dian adalah dokter. Tapi mereka ga bisa berbuat apa-apa untuk mencegah penyakit ini menggerogoti tubuh Mbak Dian. Karena kondisi tubuh yang lemah, karier harus dikorbankan. Mbak Dian malah sempat kehilangan kecantikan (fisiknya) karena efek obat-obatan membuat wajahnya bengkak sehingga ga ada yang bisa mengenalinya. Mbak Dian juga sudah mengalami belasan kali operasi ( yang terakhir aku tahu adalah pada saat bulan Ramadhan tahun lalu), dan sekarang penglihatannya hanya berfungsi 5% aja.
Tapi, bersamaan dengan diberinya cobaan yang bertubi-tubi itu, Allah SWT juga memberikan bekal yang cukup untuk menghadapinya..
…iman yang kuat
“Dengan sakit ini saya menjadi lebih dekat denganNya…”
…sikap optimis
“Badan boleh sakit tapi hati dan jiwa ga pernah sakit…”
…keluarga yang menyayangi Mbak Dian, dan..
…suami yang luar biasa
“My husband is an angel sent from heaven…”
Tiga minggu sebelum aku menikah, tanggal 25 Desember 2005, aku datang ke undangan ulang tahun pernikahan Mbak Dian dan Mas Eko Pratomo yang ke-15. Acaranya bukan acara pesta yang meriah. Diadakan di masjid Secapa, Hegarmanah, Bandung, tempat akad nikah mereka dilangsungkan lima belas tahun yang lalu, acara ini lebih merupakan acara syukuran dan renungan. Ini adalah pertama kalinya aku bertemu langsung dengan Mbak Dian, setelah sekian lama mengenalnya dari cerita-cerita yang aku dengar dan baca.
Untuk acara anniversary itu, Mas Eko sengaja menulis sebuah buku berisi perjalanan cinta mereka selama lima belas tahun sebagai hadiah pernikahan untuk istrinya dan tamu-tamu yang hadir. Dari buku itu, kita bisa mengikuti perjalanan kehidupan mereka, dari awal kisah yang seperti cerita-cerita dongeng, membeli rumah pertama, pergi haji, berbulan madu ke Eropa, sampai saat Mbak Dian ‘divonis’ mengidap penyakit lupus dan harus berkali-kali menjalani operasi.
Membandingkan cerita perjalanan bulan madu ke Eropa dengan perjalanan berobat ke Singapura pastinya sangat bertolak belakang. Tapi ada satu yang ga berubah, di setiap tulisan, baik cerita bahagia ataupun sedih, aku bisa merasakan cinta Mas Eko yang sangat besar kepada Mbak Dian, bahkan terasa bertambah besar di lembar-lembar akhir buku itu.
Hari itu, tiga minggu sebelum pernikahanku, aku sangat bersyukur mendapatkan contoh yang sempurna akan pernikahan yang sakinah, mawaddah, wa rahmah.
Sehari sebelum acara pernikahanku, Mba Dian datang di acara pengajian untuk ikut mendoakan aku. Dengan santai dia sempat bercerita kalau dia pernah menawarkan kepada suaminya untuk mencari istri baru. Mbak Dian merasa tidak bisa menjadi istri yang ‘sempurna’ karena tidak bisa memberikan keturunan dan sakit yang dideritanya menjadikan fisiknya lemah. Tetapi, Mas Eko cuma menjawab, “Kamu adalah bekal saya di akhirat nanti…”.
Subhanallah…subhanallah…subhanallah…
Mbak Dian dan Mas Eko, both of you are angels sent from heaven…
Sakit memang seharusnya tidak menjadikan manusia mahluk yang lemah. Dari salah satu surat Al-Quran kesukaan Bapakku, Al-Insyirah, Allah SWT menjanjikan setelah kesulitan pasti ada kemudahan, dan setelah kita mampu melewati berbagai cobaan, Allah akan menaikkan derajat kita ke tingkat yang lebih tinggi. Mbak Dian dan Mas Eko adalah salah satu buktinya.
Sekarang, mereka berdua aktif mengelola yayasan Syamsi Dhuha, yayasan yang mengampanyekan kepedulian terhadap penyakit lupus dan penderita low-vision eyes. Mereka juga baru menerbitkan buku tentang perjalanan cinta mereka “Miracle of Love”. Talk show tentang buku ini akan diadakan hari Sabtu tanggal 23 Februari 2008 di Balai Kartini.
Aku sendiri belum membaca buku “Miracle of Love” ini, maklum di Bali emang selalu terlambat dibandingkan Jakarta dan Bandung (kirimin dong dari Jakarta!). Tapi aku yakin isinya akan menginspirasi kita semua. Cinta mereka adalah cinta yang sebenar-benarnya, cinta karena Allah SWT, cinta yang mampu mengalahkan penyakit apapun di dunia.
Mbak Dian dan Mas Eko, salam sayang dari Bali :).
Aku sudah mendengar banyak cerita tentang Mbak Dian dari dulu sekali...Beliau adalah teman Ibuku, jadi kalau Ibu bercerita tentang Mbak Dian ke teman-temannya, aku sering nguping :)...Beberapa kali juga profilnya muncul di beberapa media cetak di Indonesia. Salah satunya disini.
Kalau masing-masing orang diminta menuliskan deskripsi kehidupan yang sempurna versi mereka, mungkin hampir semua orang akan menulis poin-poin seperti lahir di keluarga yang berkecukupan, wajah yang cantik atau ganteng, kuliah di sekolah tinggi yang berkualitas, memiliki karir yang cemerlang dan memiliki pasangan hidup yang juga cantik atau ganteng.
Mbak Dian memiliki itu semua.
Tapi ternyata, deskripsi kehidupan sempurna versi manusia berbeda dengan versi Allah SWT . Allah SWT ingin Mbak Dian memiliki kehidupan yang lebih sempurna lagi. Sehingga, siapa yang menyangka, di puncak karirnya, Allah menitipkan kepada Mbak Dian penyakit lupus. Penyakit yang sampai sekarang belum ditemukan obatnya. Penyakit yang biasa diberi julukan penyakit 1000 wajah, karena penyakit ini selalu ‘menyamar’ menjadi gejala penyakit lain. Hal ini menyebabkan penyakit lupus sulit untuk didiagnosa.
Allah SWT seakan-akan ingin menunjukkan kekuasaanNya kepada mahlukNya. Ibu dan saudara-saudara Mbak Dian adalah dokter. Tapi mereka ga bisa berbuat apa-apa untuk mencegah penyakit ini menggerogoti tubuh Mbak Dian. Karena kondisi tubuh yang lemah, karier harus dikorbankan. Mbak Dian malah sempat kehilangan kecantikan (fisiknya) karena efek obat-obatan membuat wajahnya bengkak sehingga ga ada yang bisa mengenalinya. Mbak Dian juga sudah mengalami belasan kali operasi ( yang terakhir aku tahu adalah pada saat bulan Ramadhan tahun lalu), dan sekarang penglihatannya hanya berfungsi 5% aja.
Tapi, bersamaan dengan diberinya cobaan yang bertubi-tubi itu, Allah SWT juga memberikan bekal yang cukup untuk menghadapinya..
…iman yang kuat
“Dengan sakit ini saya menjadi lebih dekat denganNya…”
…sikap optimis
“Badan boleh sakit tapi hati dan jiwa ga pernah sakit…”
…keluarga yang menyayangi Mbak Dian, dan..
…suami yang luar biasa
“My husband is an angel sent from heaven…”
Tiga minggu sebelum aku menikah, tanggal 25 Desember 2005, aku datang ke undangan ulang tahun pernikahan Mbak Dian dan Mas Eko Pratomo yang ke-15. Acaranya bukan acara pesta yang meriah. Diadakan di masjid Secapa, Hegarmanah, Bandung, tempat akad nikah mereka dilangsungkan lima belas tahun yang lalu, acara ini lebih merupakan acara syukuran dan renungan. Ini adalah pertama kalinya aku bertemu langsung dengan Mbak Dian, setelah sekian lama mengenalnya dari cerita-cerita yang aku dengar dan baca.
Untuk acara anniversary itu, Mas Eko sengaja menulis sebuah buku berisi perjalanan cinta mereka selama lima belas tahun sebagai hadiah pernikahan untuk istrinya dan tamu-tamu yang hadir. Dari buku itu, kita bisa mengikuti perjalanan kehidupan mereka, dari awal kisah yang seperti cerita-cerita dongeng, membeli rumah pertama, pergi haji, berbulan madu ke Eropa, sampai saat Mbak Dian ‘divonis’ mengidap penyakit lupus dan harus berkali-kali menjalani operasi.
Membandingkan cerita perjalanan bulan madu ke Eropa dengan perjalanan berobat ke Singapura pastinya sangat bertolak belakang. Tapi ada satu yang ga berubah, di setiap tulisan, baik cerita bahagia ataupun sedih, aku bisa merasakan cinta Mas Eko yang sangat besar kepada Mbak Dian, bahkan terasa bertambah besar di lembar-lembar akhir buku itu.
Hari itu, tiga minggu sebelum pernikahanku, aku sangat bersyukur mendapatkan contoh yang sempurna akan pernikahan yang sakinah, mawaddah, wa rahmah.
Sehari sebelum acara pernikahanku, Mba Dian datang di acara pengajian untuk ikut mendoakan aku. Dengan santai dia sempat bercerita kalau dia pernah menawarkan kepada suaminya untuk mencari istri baru. Mbak Dian merasa tidak bisa menjadi istri yang ‘sempurna’ karena tidak bisa memberikan keturunan dan sakit yang dideritanya menjadikan fisiknya lemah. Tetapi, Mas Eko cuma menjawab, “Kamu adalah bekal saya di akhirat nanti…”.
Subhanallah…subhanallah…subhanallah…
Mbak Dian dan Mas Eko, both of you are angels sent from heaven…
Sakit memang seharusnya tidak menjadikan manusia mahluk yang lemah. Dari salah satu surat Al-Quran kesukaan Bapakku, Al-Insyirah, Allah SWT menjanjikan setelah kesulitan pasti ada kemudahan, dan setelah kita mampu melewati berbagai cobaan, Allah akan menaikkan derajat kita ke tingkat yang lebih tinggi. Mbak Dian dan Mas Eko adalah salah satu buktinya.
Sekarang, mereka berdua aktif mengelola yayasan Syamsi Dhuha, yayasan yang mengampanyekan kepedulian terhadap penyakit lupus dan penderita low-vision eyes. Mereka juga baru menerbitkan buku tentang perjalanan cinta mereka “Miracle of Love”. Talk show tentang buku ini akan diadakan hari Sabtu tanggal 23 Februari 2008 di Balai Kartini.
Aku sendiri belum membaca buku “Miracle of Love” ini, maklum di Bali emang selalu terlambat dibandingkan Jakarta dan Bandung (kirimin dong dari Jakarta!). Tapi aku yakin isinya akan menginspirasi kita semua. Cinta mereka adalah cinta yang sebenar-benarnya, cinta karena Allah SWT, cinta yang mampu mengalahkan penyakit apapun di dunia.
Mbak Dian dan Mas Eko, salam sayang dari Bali :).
Langganan:
Postingan (Atom)