Minggu, 29 Juli 2007

BRAVO!

Kalahnya Indonesia dari Korsel di penyisihan AFC 2007 ternyata ga membuat pertandingan sepak bola se-Asia ini berkurang serunya. Karena ga ada lagi tim nasional, enaknya ngedukung siapa ya? Yang jelas bukan Korsel dong...Apalagi Australia yang ujug-ujug mengaku jadi Asia. Duuuuh?!

Beberapa waktu yang lalu aku sempet baca di Kompas, bahwa sejak AFC dimulai kondisi di Irak menjadi relatif lebih aman, bom bunuh diri berkurang ( not to mention bom bunuh diri di tengah-tengah supporter yang lagi merayakan kemenangan Irak atas Korsel di semifinal tentunya :( ), masyarakatnya lebih ceria dan ga takut untuk keluar rumah. Waw, ini dia yang namanya 'spirit football'.

Selain alasan sentimentil itu, gaya permainan Irak juga enak dilihat. Pemain-pemainnya 'berdarah-darah' menekan pertahanan lawannya, dan tackling-tacklingnya juga cukup bersih. Kipernya, walaupun kuyus kurang gizi dan matanya lesu, tapi ternyata mantep juga menjaga gawang. Liat aja waktu mereka berhadapan sama Korsel. Walaupun banyak orang yang memfavoritkan tim ini, tapi aku ga pernah suka tuh dengan gaya permainan mereka. Apalagi mereka udah membuat timnas Indonesia ga berhasil melanjutkan pertandingan. Huh!!! Go Iraq! Beat them brothers!

Pertandingannya berlangsung menegangkan. Biarpun Irak bermain menyerang tapi kumpulan pemain Korsel di barisan belakang dan kiper Lee Woon Jae yang berbadan besar sangat giat menjaga gawangnya. Sampai akhirnya drama pinalti pun musti terjadi. Aku sebagai supporter Irak sempat berdoa, semoga Irak berhasil menang supaya rakyat Irak bisa ceria lebih lama dan ga ada lagi ledakan bom di Irak. Dan ternyata terkabul! Walaupun Noor Sabri vs Woon Jae keliahatan seperti semut dan gajah tapi Noor Sabri-lah yang berhasil menangkis bola pinalti! Thank you for the petit keeper dan mistar gawang...hehehe... Horeeeee!!!! Irak menang!!!!

Sayangnya, ga semua doaku terkabul. Ya Irak menang, tapi ledakan bom tetap ada. Besoknya ada berita sedih bahwa di tengah keceriaan rakyat Irang yang sedang merayakan kemenangan timnya, meledak bom bunuh diri yang menewaskan puluhan orang! Hiks! Teroris memang paling ga suka ngeliat orang senang!

Cerita sedih memang banyak membuntuti tim underdog ini. Dari Jawa Pos, diberitakan bahwa beberapa di antara pemain harus bertanding di tengah duka cita karena anggota keluarga mereka terbunuh beberapa hari menjelang pertandingan. Wartawan Jawa Pos yang menemani pemain Irak berbelanja di Jakarta juga bercerita tentang perasaan mirisnya ketika mengetahui bahwa uang saku yang diberikan kepada tiap pemain sangat pas-pasan sehingga kiper Irak, Noor Sabri, harus membatalkan membeli travel bag yang diinginkannya karena uangnya ga cukup. Sedih yaaa :(.... Di saat latihan beberapa bulan menjelang pertandingan pun mereka mengalami banyak cobaan. Sulitnya mencari lokasi berlatih yang aman *hingga harus migrasi ke Jordan*, hingga perpecahan di dalam tim karena terdiri dari suku yang berbeda yang membuat latihan tersendat.

Tapi nyatanya perpecahan itu seakan ga ada ketika mereka bertanding di Senayan tadi malam melawan Arab Saudi. Ga ada Syiah, Sunni, Kurdi atau Kristen. Seluruh tim berjuang untuk satu nama. Irak. Sampai akhirnya tim Arab Saudi yang tangguh harus bete ketika satu gol dari Younis Mahmoud mengukuhkan Irak sebagai Juara AFC 2007. Ya, memang tim ini sudah juara sebelum bertanding dan mereka berhak menjadi juara malam itu. Aku ikut senaaaaaaang!!!

Mabrook Irak! Semoga piala kecilmu bisa memberikan senyum lebar, walaupun sebentar, kepada saudara-saudaramu di kampung halaman sana. Amin..:)



Kamis, 26 Juli 2007

Harry Potter and The Deathly Hallows


Untuk semua Potter mania di dunia, hari Sabtu, 22 Juli 2007 kemarin pasti menjadi hari yang paling ditunggu-tunggu. Apalagi kalau bukan karena launching perdana Harry Potter and The Deathly Hallows, edisi terakhir dari novel laris karangan J.K Rowling.

Aku sendiri udah nunggu-nunggu edisi terakhir ini terbit sejak selesai baca buku Harry Potter, The Half Blood Prince tahun 2005 lalu. Penasaran banget siapa lagi yang bakal meninggal di buku terakhir ini. Apalagi sejak jauh-jauh hari Bu Rowling udah wanti-wanti akan ada beberapa tokoh sentral yang 'dimatikan'. Duh Bu, Bu, ga cukup apa Sirius dan Dumbledore aja yang mati. Teganya teganya....

Anyway, kesukaanku sama HarPot udah bersemi *halah* mulai dari terbitan pertamanya, hmmmm...kira-kira pas aku masih kuliah kali ya...Alur ceritanya bisa bawa aku ke dunia lain, dunia sihir yang jauuuuhhh di Inggris sono. Ga heran kalau lagi baca buku ini bisa lupa segalanya. Lupa makan, lupa tidur, lupa kalau sebentar lagi pesawat AirAsia-ku take off ke Bali
, lupa kalau besok sidang sarjana...hehehe.

Beneran loh, waktu Harry Potter and the Order of the Phoenix baru terbit, aku dapet pinjaman buku ini beberapa hari menjelang sidang. Untungnya semua bahan presentasi udah beres, jadi aku bela-belain
tidur agak malem di H-1. Bukan...bukan buat ngafalin materi sidang. Tapi buat tamatin buku pinjeman...hehehe. Percaya deh, kalau Harry Potternya ga tamat malem itu, aku ga bakal bisa konsentrasi sidangnya. Jadi, itu sama aja untuk mempersiapkan sidang juga kan...hahaha...pembenaran banget deh....Gimana lagi, I was BEWITCHED!

Pesona Harry Potter bahkan ga berhenti sampai di buku. Awal-awal Akang masih dalam proses PDKT, aku sempet bilang ke dia,

'Kamu mirip....mmmmmmm....Harry Potter ya?'*kacamata bulet, rambut acak-acakan dan tampang kartun...mirip kan?:P*

'Harry Potter? Sapa tuh?'
*gubrag*

Tapi beberapa minggu kemudian dia ngehadiahin aku print-an pembatas buku Harpot yang di-download dari official websitenya, dan diem-diem minjemin aku buku Harry Potter and The Chamber of Secret. Minjeminnya diem-diem karena sebenernya itu buku pinjeman juga dengan waiting list peminjam yang ngantriiii banget. So sweet kan...:)

Kebetulan Sabtu kemarin aku lagi ada di Bandung, dan karena rumahku ga jauh dari Gramedia, jadi tinggal jalan kaki deh untuk menjemput Dek Harry. Sampai di rumah langsung disantap dengan khusyu mengingat besoknya aku harus balik ke Bali dan adikku yang centil udah wanti-wanti supaya Harpot terakhir ini ga dibawa pergi. Yea rite...

Biasanya aku cukup sadis untuk membocorkan akhir cerita Harry Potter ke mereka-mereka yang belum tamat baca buku ini. Di buku yang sebelumnya, begitu tau Dumbledore mati, aku langsung SMS teman-teman : "DUMBLEDORE MATI!". Gampang ditebak SMS balesannya adalah omelan-omelan orang-orang yang gondok karena SMSku itu. Hahahaha....fun banget deh...

Tapi tenang aja, hari ini aku lagi baik. Lagian ceritanya ga bakal seru kalau kamu udah tau akhirnya. Walaupun begitu, siap-siap aja untuk kehilangan banyak tokoh-tokoh yang akrab dengan Harry. Kayanya Bu Rowling memang betul-betul ingin mengajarkan arti kehilangan ke para pembacanya. Dari halaman awal buku ini bahkan Bu Rowling udah menyisipkan 'warning' tentang itu berupa kutipan-kutipan tentang kematian.

Selain itu karena buku ini buku terakhir, pastinya seluruh fakta yang masih kurang jelas di buku-buku sebelumnya akan diungkapkan disini. Aku rasa J.K Rowling emang jenius banget karena cerita Harry Potter ini saling kait mengait dari buku satu ke buku ketujuhnya ini. Yang paling aku suka adalah Bu Rowling membuat seluruh karakter ceritanya sangat manusiawi. Semuanya adalah manusia biasa (manusia biasa???) yang punya kelebihan dan kekurangan, bahkan James Potter, ayah Harry dan Albus Dumbledore yang legendaris pun pernah berbuat salah. Hmmmm....

Selain itu yang paling aku suka juga dari Harry Potter, adalah jargon-jargon, kutipan-kutipan, dan mantra-mantranya yang nempel terus di otak (dan menghabiskan space otakku untuk hal-hal yang lebih penting :D) :

'He who must not be named'
'You know who'
'The boy who lives'
'Undesirable Number One'
'Wingardium Leviosa'
'Lumos'
'Alohomora'
...dan banyak lagi....

Jadi........bagaimana akhir nasib Harry dan teman-teman? akankah Volder...ups You Know Who dikalakan? Di sisi manakah Snape berpihak ? Siapa aja yang meninggal? Ayo cepetan cari pinjeman gih. Jangan tunggu edisi bahasa Indonesianya, karena permainan kata-kata J.K Rowling jauh lebih asik dinikmati di bahasa aslinya. Have fun reading!






Minggu, 01 Juli 2007

Review Lensa Canon 70-200 f/4 L

As you know I've made myself broke a few days ago :D.

Tapi ga nyesel kok! Beneran!

Rabu-Kamis lalu kita-kita di Bali ini menikmati libur Galungan. Ooops, di Jakarta ngantor ya ;)? Jadi, momennya pas banget bukan? Galungan, dimana pastinya banyak objek-objek foto asik berseliweran, dan lensa baru yang sedang menunggu untuk dicoba..Yipeeeee...Yuk hunting.

Setelah ditimbang-timbang mau hunting kemana, akhirnya aku sama
Akang berangkat ke Ubud. Naik motor, biar gampang menclok, ngelewatin sawah-sawah dan hutan-hutan di Mambal. Lensa baru disimpen dulu di tas kamera biar ga lecet yaaaa...Tapi aku baru nyadar kalau tas kameraku ternyata kecil banget. Jadinya cuma cukup bawa si EOS dan si 70-200. Aku butuh tas kamera baru niiii! Grgrgrgrgrgrgr.....this photography hobby is definitely a bank robber!

Di Ubud, kemeriahan Galungan betul-betul kerasa banget. Penjor *janur kaya yang dipasang di acara nikahan di Jawa* dimana-mana, dan semua pelinggih *tempat nyimpen sajen am I right?* dihias lain dari biasanya. Belum lagi para Jegeg, Bagus, Bape dan Meme yang sudah berdandan rapi dengan outfit upacaranya. Time for hunt, Baby!

Dengan lensa 70-200, EOS 350d-ku memang jadi keliatan beda dari biasanya. Lensa ini lebih panjang dari Thamron 70-300, belum lagi ditambah sama hoodnya yang bikin tambah coki-coki *panjaaaang*. Tapi, dibandingkan dengan ukurannya, lensa ini suprisingly enteng. Sebenernya ga surprise-surprise amat karena sebelumnya aku udah coba lensa kantor yang mirip tapi ada Image Stabilizer(IS)nya. Warnanya yang putih emang eye catching banget. Mungkin ge-er, tapi waktu bawa lensa ini beberapa turis keliatan curi-curi pandang, pertama ngeliat aku, kedua ke kameraku, atau sebaliknya. Kayanya mereka mikir, ih yang punyanya cantik, lensanya juga keren. Wakakakakakkkk. Tapi percaya deh, sebagai orang yang suka moto *bukan difoto* jadi pusat perhatian itu ga penting. Ok,balik ke lensa. Karena penampilannya yang professional look ini juga, Akang M'pri jadi ga pede ngeluarin S70nya...hihihihi. Padahal dia sebelumnya slalu mantap sama jargonnya, 'ga butuh slr, pake compact juga fotonya udah bagus'. Sekarang masih mikir ga mau beli slr ;)?

Yang paling aku suka dari lensa ini salah satunya adalah focusing yang cepat dan ga berisik. Saking ga berisiknya aku malah kadang-kadang suka bingung, ini udah focusing apa blom sih? Maklum aja, dibandinginnya sama Thamron 70-300 yang kalo focusing bunyi 'ngeeek ngeeeeek'..blom lagi luammaaaaaa, begitu fokus objek+momennya dah kabur. Halah. Ya iyalah harganya aja beda jauuuuuh.

Karena kemoncongannya, lensa ini asik banget untuk dipakai hunting human interest. Dan yang paling asik, dike-moncongan 200mm pun hasil gambarnya masih sharp! Oia, aku belum bilang ya kalau hasil gambarnya sharp ? Hasil gambarnya sharp, super sharp, razor sharp. Sharp sharp sharp. Warna-warnanya luar biasa kinclong dan buat hati bertanya-tanya 'Could it be true? Is it my hand that took the picture?' Hik hik...Ini baru lensa L!

Dua hari yang lalu aku bawa lensa ini untuk sesi prewedding. Seperti biasa, kalau semua orang moto di hari yang sama, aku yang selalu kedapetan lensa-lensa sisa yaitu lenskit EF-S 18-55. Huh! Protes! Tapi gapapa, karena sekarang aku bawa senjata baru. Di momen yang sama, lensa yang beda, baru deh kerasa perbandingannya. Ibaratnya ada dua kertas, yang satu digunting rapi dan yang satu disobek pakai tangan. Get it?


Satu hal lagi, entah karena sugesti atau emang bener, hasil gambar lensa ini lebih tajam dibandingin dengan Canon 16-35 yang juga L. Bahkan sama saudara kembarnya yang pakai IS, kayanya lensa ini juga lebih tajem. Bener ga sih rumor IS emang mengurangi kualitas ketajaman lensa?

Yang aku heran adalah dari review yang aku baca, beberapa bilang harus pakai tripod untuk moto pakai lensa ini. Di
FN malah beberapa orang ngejual lensa ini karena alasan fotonya selalu goyang kalau moto ga pake tripod. Halllooooo what are you complaining about? Kalau available lightnya bagus, aku ga nemu masalah tuh. Tentunya di lowlight agak susah karena bukaannya cuma sampe f/4 dan ini lensa moncong. Untuk handheldku sendiri maksimum kecepatannya seperlimabelas detik. Selebihnya bakal goyang. Tapi untuk harga yang setengahnya dari yang pake IS dan yang bukaannya sampe 2.8, this lens is worth every penny!

Hasil foto-foto Galungan lalu bisa dilihat
disini. Review lainnya tentang lensa ini, silakan klik disini.