Rabu, 21 November 2007

Bali Minggu Ini

Teng teng teeeeeng...*intro*

Akhirnya musim kawin untuk anjing-anjing berakhir juga!
Jadi aku ga usah cape-cape lagi setiap jam dua malem keluar rumah dan nimpukin satu-satu anjing-anjing yang lagi pacaran di depan rumah...My God! Get a room!

Sekarang tinggal kita tunggu aja hasilnya beberapa minggu ke depan, persilangan yang terjadi antara golden retriever blaster kintamani (eh ga bisa deng dua-duanya cowo), golder retriever blaster kampung kalo gitu plus kintamani blaster kampung, atau ....pomeranian blaster kampung. Hihihi yang terakhir ini bakal bikin Bu Kumara, tetanggaku, histeris, "Siapa yang memerkosa Skippy dan Belle??!!!"

Oh my, tambah banyak aja anjing di kompleks ini....*sigh*


Musim kawin anjing udah lewat, sekarang giliran musim ...mangga! Nyam nyammmmmmm......
Agak sirik juga ngeliat pohon mangga tetangga yang subur dengan berjuta-juta buahnya menggantung minta dicolong sementara pohon manggaku cuma berbuah dua biji! Hiks dunia emang ga adil :(

Anyway, gapapa sih, toh masih ada pohon mangga tak berpemilik di pinggir sungai sono...Bangun pagi-pagi, bekel kerikil segenggam, lempar-lempar, dapet deh mangga aromanis gratis...:D

Oiya, udah tau belom di Bali minggu lalu ada angin puting beliung mampir? Ceritanya hari itu hari Minggu. Boro-boro mau naik delman istimewa, wong cuacanya hari itu aneh banget. Hampir tiap setengah menit muncul petir dan guntur, padahal ga hujan besar loh...cuma gerimis aja. Setelah nyalain TV baru deh tau kalau barusan ada angin puting beliung lewat daerah Ketewel, Sanur. Lumayan loh kerusakannya. Jalan by pass Ketewel kan memang pinggir pantai banget. Phuuiiih untung Cika udah pindah dari sana...

Yang aneh, waktu korban angin puting beliung di Ketewel diwawancara, logatna teh sunda pisan. Euleuh ieu mah kabar kabur...Nu mana anu leres yeuh? Anginna ngaliwat dina Ketewel atawa Tasik? :P

Tapi sejak kejadian angin puting beliung itu, di Bali jadi jarang hujan. Malah cenderung hangat dan lembab. Ga tau deh apa karena pengaruh angin puting beliung pula, akhir-akhir ini langit di Bali lagi indah-indahnya, apalagi waktu sunrise atau sunset. Langitnya lebih merah dari biasanya dengan semburat-semburat awan yang cantik banget. Subhanallah. Jadi kalo ada yang berencana liburan ke Bali, hmmm...kayanya lagi pas nih waktunya :).

Kabar lainnya apa ya? Oh anu, Hatta Rajasa terpilih menjadi ketua Ikatan Alumni ITB yang baru. Ah ga penting. Eh penting ketang, karena sebentar lagi di Jakarta bakal dibangun menara baru, ITB Tower. Nah ini baru program yang ga penting.

Yah kita doakan saja semoga Om Hatta bisa mengemban amanat ini lebih baik dari pendahulu-pendahulunya. Tidak sukar dimengerti, tidak sukar dimintai pertanggungjawabannya, dan tidak sukar disukai...Kekekekekkk....

Tos ah..



Kamis, 15 November 2007

Preman Lembut Hati

Hari ini dalam perjalanan pulang ban mobilku pecah! Huaaaa!!! Sebenernya kompleks perumahanku udah ga jauh lagi. Tapi ga mungkin dong maksain menyetir dengan kondisi satu ban depan cacat.

Akhirnya aku cepet-cepet menepi. Kebetulan ga jauh dari situ ada gerombolan geng bermotor sedang nongkrong. Kalau di Bandung atau Jakarta geng bermotor konotasinya negatif kan? Tapi untungnya disini berbeda.

"Bli, bisa minta tolong?"

Langsung tujuh orang cowo-cowo yang sedang nongkrong tadi tanpa banyak basa-basi membantu aku mendongkrak dan mengganti ban.

Alhamdulillah. Beberapa menit kemudian ban serep sudah terpasang dan aku bisa pulang deh. Waktu aku mau memberi sedikit uang karena rasa terimakasih, bli-bli itu malah terkejut dan menolak dengan sopan. Waaah, makasih banyak ya, Bli! Semoga kebaikan kalian dibalas dengan kebaikan yang lebih besar lagi :). Senangnya tinggal di Bali....

Secara umum, memang begitulah attitude orang Bali kebanyakan. Pepatah 'Don't judge a book by its cover' memang berlaku banget disini. Bisa aja badan kekar penuh dengan tattoo, rambut dicat pirang, kulit coklat legam terbakar matahari, telinga kiri kanan penuh dengan anting, tapi kalau soal keramahan dan kesopanan, juara deh! Aku angkat empat jempol untuk mereka. Dengan attitude seperti itu, ga heran kalau Bali menjadi tujuan turis utama di Indonesia. Keamanan di sini relatif terjamin. Bayangin kalau kejadian ban pecah tadi terjadinya di Jakarta. Haiyah, boro-boro berani minta tolong sama cowo-cowo yang berkerumun gitu. Di lampu merah yang ramai aja perampok berani beraksi kok. Sereeem.....

Aku jadi ingat Ester, teman sekantorku dulu. Waktu masih bekerja di Bali dia pernah mengalami kecelakaan lalu lintas. Untuk minta bantuan, Ester menelepon Pak Bagus, supir kantor yang asli Bali. Pak Bagus ini memang bertampang seram dan berkumis tebal. Tapi hatinya baik loh :). Waktu Pak Bagus datang ke lokasi kejadian, salah seorang pengendara mobil berplat 'L' bisik-bisik ke Ester.

"Mbak, ati-ati ya sama orang itu, kayanya orang jahat deh....."

Huahahahahaha....Pak Bagus gitu loh!

Kenalin juga Pak Gempol, bapak kosku dulu. Awalnya aku takut sama Pak Gempol. Berwajah mirip Ari Sihasale dengan kulit lebih gelap, rambutnya ikal dan gondrong, kedua telinganya dipasangi anting tulang, sehari-hari ia lebih banyak bertelanjang dada ( maklum kerja di sawah ) memamerkan badannya yang penuh tattoo sambil membawa celurit atau parang. Mamaaaa....orang macam apa ini?

Suatu hari aku lupa mematikan keran di kamar mandi hingga air meluap selama aku kerja. Besoknya langsung aku ga mau keluar kamar. Takut sama Pak Gempol! Ketakutan yang berlebihan sebenernya, karena Pak Gempol-nya adem ayem aja tuh. Dan setelah beberapa lama, aku akhirnya tau kalau di balik tampang seramnya, Pak Gempol itu ternyata ramah banget. Maaf Pak, bukannya aku su'udzon, tapi kalau di kotaku dulu orang yang bergaya kaya Bapak mah emang preman beneran hehehe.

Eh, tapi yang berwajah preman berhati Teddy Bear ternyata bukan cuma di Bali aja loh. Om Ucok, teman Bapakku , yang orang Batak pun begitu. Dengan badan tinggi besar dan wajah garang kayanya ga ada yang berani deket-deket dengan si Om ini deh. Tapi coba dengar testimonial Om yang punya kebun stroberi ini tentang dirinya sendiri:

"(logat batak) Memang wajah Om seram dan garang, tapi yang Om suka itu adalah bertanam anggrek dan memperhatikan kupu-kupu...."

Memperhatikan kupu-kupu? Oh Om....So sweeeeeeet.....



Rabu, 14 November 2007

Televisi Oh Oh...

Gimana perasaan kamu kalau Ayah tercinta kamu tertangkap polisi karena kasus narkoba untuk kedua kalinya? Terpukul, sedih, marah, kecewa? Dan gimana kalau di saat seperti itu kamu harus mendengar pendapat dari orang lain yang tidak berdasar, menghakimi dan memojokkan? Sakit hati pastinya...

Mungkin itulah yang dirasakan oleh keluarga aktor senior Roy Marten saat ini setelah mendengar berita mengagetkan beberapa hari yang lalu. Aku memang bukan penggemar beliau, atau putra-putri beliau yang beberapa di antaranya meneruskan jejaknya menjadi selebriti, tapi aku ikut prihatin mendengar beberapa pemberitaan di infotainment yang secara terang-terangan menghakimi beliau. Contohnya hari ini di salah satu infotainment, sang presenter membacakan kalimat berikut dengan ekspresi judes:

"....ternyata keterlibatan Roy di kampanye anti narkoba hanyalah sandiwara belaka..."

Aku ga habis pikir, siapa sih si scriptwriter infotainment tersebut? Apakah dia sangat mengenal Roy Marten atau dia adalah paranormal yang bisa mengetahui isi hati setiap orang, sampai mampu menuliskan script seperti itu. Apakah dia selain scriptwriter infotainment juga merangkap sebagai penulis sandiwara, sehingga tahu kalau Roy Marten sedang bersandiwara? Ga kalah tega lagi Mbak Presenternya sebagai penyampai opini. Mungkin Mbak Presenter itu hanya membaca dengan mata dan mulut, tapi tidak dengan otak dan hati. Kasihan Roy Marten...

Lain lagi ceritanya Aa Gym, waktu beberapa bulan lalu beliau memberitakan bahwa beliau telah menikah lagi untuk kedua kalinya.

Ngomong-ngomong soal poligami, sebagai muslimah aku mengimani hukum Allah SWT tentang poligami. Rasulullah SAW sudah mencontohkan bagaimana, dengan alasan apa dan tujuan apa seorang Muslim dapat berpoligami. Tapi, kalau aku ditawarkan untuk dipoligami, hey hey, NO! Jangan protes dulu, dari riwayat Rasul yang aku pelajari, perempuan boleh kok menolak untuk dipoligami. Dan aku pernah tersinggung luar biasa waktu seorang pengusaha rumah makan mengadakan Poligami Awards yang tujuannya untuk mengkampanyekan poligami. Katanya dengan poligami ( poligami versi dia tentunya..) negeri ini akan lebih makmur karena semua perempuan akan ada yang menafkahi. Oh please! Pak, Pak, kita hidup di abad 21, perempuan jaman sekarang bisa kok cari duit sendiri. Kalau mau kampanye mending yang lebih bermanfaat deh! Itulah yang bikin aku sedih. Banyak pelaku poligami di Indonesia yang seakan-akan melupakan contoh Rasulullah SAW dalam berpoligami.

Yak, balik lagi ke Aa Gym versus infotainment. FYI, aku juga bukan penggemarnya Aa loh. Tapi aku kasihan melihat Aa Gym waktu itu. Para wartawan gosip seakan-akan menghalalkan segala cara untuk meningkatkan rating acaranya. Rekaman video Teh Ninih yang sedang berkaca-kaca disiarkan dengan narasi yang dilebih-lebihkan. Malah, rekaman putri bungsu Aa yang sedang menangis pun ditayangkan dengan narasi yang dipaksakan. Ya ampuuuun.....Anak balita nangis mah udah biasa kale. Mungkin pengen es krim atau balon tapi ga dikasih. Aku juga ragu apa dia udah ngerti kalau Ayahnya berpoligami. Ga gitu banget deh...

Sampai sekarang Aa Gym ga pernah memberitakan secara eksplisit alasan beliau berpoligami. Menurut aku semestinya kita semua menghargai keputusan beliau dan mengagumi ketabahan Teh Ninih. Setiap orang bertanggung jawab akan keputusannya sendiri-sendiri kan? Orang lain yang ga berkepentingan ga perlu ikut campur.

Mungkin doa Aa Gym supaya pemberitaan tentang dirinya mereda akhirnya dikabulkan dengan meninggalnya Alda Risma ( busyed kasian amat Alda yak? :D). Lagi-lagi para suksesor infotainment bersikap berlebihan dalam memberitakannya. Yang paling parah, beberapa bulan setelah Alda meninggal, Taufik Savalas menyusul dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Bayangkan bagaimana perasaan keluarga Alda waktu salah satu infotainment membandingkan antara Alda dengan Taufik. Singkat cerita, menurut infotainment tersebut, Taufik meninggal dalam kondisi dicintai dan terhormat, berbeda dengan Alda. Duh duh, kalau aku adalah salah satu anggota keluarganya mungkin aku udah mengutuk-ngutuk infotainment yang bersangkutan....

Yah begitulah infotainment. Mau ga nonton, televisi lokal kita sepertinya ga punya tayangan lain ( kecuali kalau kamu mau nonton sinetron...Yaiiiks!). Mau nonton, lama-lama acara ini memang basi kalau kata Naif. Seperti vetsin, sedikit emang gurih dan bikin nagih. Tapi kebanyakan, bisa bikin pusing kepala dan menyebabkan kanker! Oh tidak!

Kalau para pelaku infotainment itu adalah umat Muslim, mungkin mereka lupa bahwa topik yang mereka beritakan bisa menjurus kepada ghibah. Rasulullah SAW sendiri mengibaratkan ghibah seperti "memakan bangkai saudaramu sendiri, pasti kamu akan merasa jijik." Kalaupun para pelaku infotainment itu adalah non-Muslim, mungkin juga mereka lupa bahwa undang-undang di negara manapun mengharuskan praduga tak bersalah pada tersangka pembunuhan sadis sekalipun.

Apakah atas nama kebebasan pers dan kebebasan berpendapat kita boleh melupakan norma agama, norma hukum dan moral? Kasihan sekali bangsa ini kalau begitu. Setahuku negara ini bukan negara liberal yang berlaku sebebas-bebasnya untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Ataukah kita sudah berminat untuk pindah haluan? Aku pribadi TIDAK akan mau.

Selasa, 13 November 2007

Nyam nyam, Cemilan Baru...



Asiiiik hari ini dapet kiriman TIKI!


Pasti isinya buku-buku:
Give a Damn Design Like You ( atau Design Like You Give a Damn?) oleh Architecture for Humanity.
Aku udah ngecengin buku ini waktu jalan-jalan ke Aksara, Kemang beberapa bulan yang lalu. Niat mau beli tertunda dulu gara-gara bulan itu udah shopping gila-gilaan, lagian beberapa minggu kemudian Harry Potter baru bakal keluar ( yea yea I chose Harry Potter instead, then sue me! ;P)

The Elephant and The Trees oleh Jin Pyn
Beberapa bulan yang lalu aku ketemu Ms. Pyn di Ubud Writer Festival. Siapa yang sangka kalau mbak manis asal Thailand ini ternyata adalah salah satu penulis buku anak-anak best seller. Orangnya murah senyum dan rendah hati sekali...Oya ya ya...memang selalu menyenangkan ya kalau ketemu orang yang berprestasi tapi tetap rendah hati ( dan menyebalkan sekali kalau kebalikannya, betul?).

The Giving Tree oleh Shel Silverstein
buku ini direkomendasi oleh mbak 'kurir'...hihihi

Memang beberapa bulan yang lalu Mbak Dian minta aku jadi fotografer di nikahannya. Kebetulan Mbak Dian ini berdomisili di Singapore, sik asiik jadi aku bisa titip-titip dooong waktu dikau pulang ke Bandung nanti :).

Eh titip ga sekedar titip ternyata, ujung-ujungnya aku malah ga boleh bayar buku-buku di atas sama Mba Dian. Dianggap fee fotografer aja katanya...Waduuuh, kalo kaya gini kan jadi ga enak...hihihi. Tau gitu, aku pesen lebih banyak lagi! Pesen working station IKEA sekalian! Pesen cardigan Mango sekalian! Pesen sepatu Hush Puppies sekalian! Huahahaha...*jitak* Dasar ngelunjak...

Makasih banget loh Mbak! Aku suka banget buku-buku ini. Dududu...jadi ada pajangan baru nih di rak bukuku. Sayangnya aku sekarang lagi males untuk mereview satu-satu. Silakan googling sendiri, atau tunggu sampai virus males ini pergi ya ;P.




Jumat, 09 November 2007

Mentari Masih Menyala Di Sini

Mungkin karena hari ini matahari menyengat lagi di Bali setelah beberapa hari hujan lebat. Ya, mungkin karena itu aku tiba-tiba ingat lagu 'Mentari'.

Ayooo masih pada inget ga lagu itu? Untuk yang sealmamater pastinya masih dong. Apalagi yang seangkatan. Apalagi yang waktu itu bareng-bareng jadi panitia OSKM. Hihihi...inget ga slogan panitia OSKM waktu itu : "OSKM, Chicken Soup for The Jomblo Soul." Terbukti setelah OSKM-nya bubaran jadi nambah deh deretan fans-fans baru...hahahaha *hueeeeeeeekkk*.


Balik lagi ke lagu Mentari. Lagu yang bermakna dalam ini diciptakan oleh yang terhormat Abah Iwan Abdurrahman. Entah dari tahun berapa lagu ini udah jadi theme song mahasiswa ITB dan beberapa kampus lainnya. Yang jelas Bapakku yang angkatan 73 juga familiar dengan lagu ini.

Ga sadar aku menggumam menyanyi lagu ini. Hmmmmmmm....Rasanya seperti balik lagi ke beberapa tahun yang lalu. Berbaris rapi di lapangan basket kampus. Berloncatan membentuk body wave. Pura-pura serius karena takut dimarahi para senior, padahal sumpah mati aku ga bisa nahan ketawa mendengarkan teriakan Danlap di depan barisan: "Perhatikan saya! Saya adalah senter (maksudnya 'center' gitu), saya adalah S-E-N-T-E-R!" Huahahaha....Gigi lo tuh senter.

Tapi waktu kami diajarkan lagu Mentari ini, ga bisa lagi deh cekikikkan. Setelah berulang-ulang menyanyikannya sepertinya ada yang menusuk hati. Irama lagu ini cenderung sendu, tapi liriknya betul-betul membangkitkan semangat dan idealisme.

Ah, idealisme. Ya ya, jaman mahasiswa dulu.

Jaman mahasiswa? Apakah sekarang udah ga ada lagi idealisme itu? Apa karena porsinya habis diambil alih deadline yang menumpuk? Atau bermacam tagihan yang harus dibayar? Atau apa? Hmmm...ga tau lah. Tapi kalau aku menghayati lirik lagu Mentari ini, "...gemuruhnya sampai di sini...di sini di urat darahku...."

Ya, kayanya ga ilang 100% kok. Mungkin persentasenya lebih sedikit, hey, kita hidup di dunia nyata kan?

Kalian semua gimana? Ayo semuanya periksa dan dengarkan baik-baik...Apakah masih ada 'gemuruh mentari' itu? Aku yakin masih ada. Tinggal bagaimana kita mengaplikasikannya aja dan menyeimbangkannya dengan kehidupan sehari-hari kita, ya kan? Sok bijaksana ah :D.
Mending sekarang kita nyanyi dulu bareng-bareng. Ngomong-ngomong, sekarang Danlap Senter itu apa kabarnya ya? Hihihi...

Ps:
-Terimakasih untuk Abah Iwan yang udah menciptakan lagu indah ini.
-Juga buat website Plano 97 yang mengkompilasikan lengkap lagu-lagu di jaman kuliah dulu, alus euy websitena!
-Cul, kamu masih nyanyi lagu ini ga di OSKM kemarin?

Mentari oleh Iwan Abdurrahman

Mentari menyala di sini
Disini, di dalam hatiku
Gemuruhnya sampai di sini
Disini, di urat darahku

Meskipun tembok yang tinggi mengurungku
Berlapis pagar duri sekitarku
Tak satupun yang mampu menghalangiku
Menyala di dalam hatiku

Hari ini hari milikku
Juga esok masih terbentang
Dan mentari kan tetap menyala
Disini, di urat darahku

Kamis, 01 November 2007

Kudeta


illustrasi oleh m'pri

Ga jauh kompleks perumahanku ada kompleks perumahan tetangga. Lokasinya berada di dataran yang lebih tinggi. Jalan paling dekat menuju sana adalah melewati jalan tanjakan yang kanan kirinya masih berupa kebun kosong dimana tumbuh rumput liar setinggi badan orang dewasa. Rumput liar ini biasa disiangi peternak sapi untuk makanan ternaknya. Di kaki tanjakan ada lapangan voli tepat anak muda kampung sekitar main voli setiap sore. Jalan tanjakan ini adalah area fitnessku. Jalan kaki naik turun tanjakan ini aja setiap pagi lumayan bikin keringetan loh. Apalagi kalau jogging. Wiih, dijamin bikin badan kenceng deh. Di puncak tanjakan, kalau kita bangun cukup pagi, bisa menikmati cantiknya matahari terbit di balik rimbunnya pohon kelapa di tebing seberang. Indah sekali.

Seperti daerah-daerah di Bali lainnya, ada banyak anjing di kompleks perumahanku. Ga cuma anjing kampung, tapi juga anjing ras yang bermajikan. Ayo kita itung satu-satu. Seengganya ada tiga anjing kampung yang ga teridentifikasi, satu item dan dua putih. Ada juga Tripod, anjing kampung berkaki tiga. Mungkin dulu area kekuasaannya ada di pinggir jalan. Terus setelah kecelakaan dan kakinya ilang satu, dia mengungsi ke kompleks perumahanku. Anjing kampung yang terakhir warnanya aneh banget, coklat muda dengan bercak-bercak hitam yang di sekujur tubuhnya. Terus ada Veno, anjing golden retriever berwarna kepunyaan Pak Dewo. Veno bukan anjing golden yang pintar, malah cenderung dongo. Bener loh, pemiliknya aja bilang kalau Veno itu anjing bodoh. Nah, yang terakhir adalah Poly, anjing kintamani berwarna offwhite milik Pak Hery yang tinggal di pinggir sungai. Poly kayanya adalah pemimpin geng anjing di kompleks ini. Galaknya minta ampun. Hobinya menggonggong memarahi orang yang lewat di depannya. Termasuk aku! Nyebelin deh!

Aku ga ngerti soal peranjingan, tapi kayanya anjing kintamani memang termasuk anjing yang galak dan cerewet. Minimal ada dua kasus yang udah terbukti. Pertama, si Tari, almarhumah anjing kintamani kepunyaan mantan bossku. Kata Pak Sapuan, baby sitternya, Tari ini ga mau dipegang kecuali olehnya dan Boss. Jangan berani-berani membelai Tari kalo ga mau digigit!

Yang kedua ya si Poly. Wajar sih kalo dia ngegonggong waktu aku ngelewat depan halaman rumahnya. Tapi kadang-kadang,Poly yang dibiarkan bebas berkeliaran, menggonggong juga waktu aku ada di depan rumahku sendiri! Iiiiiiiih rese!!!

Geng anjing ini, hampir setiap pagi berjemur dan bermain di lapangan voli dekat area fitnessku itu. Dari jauh Poly dan Veno udah menggonggong melihat aku datang. Padahal anjing-anjing yang lain kalem-kalem aja tuh. Mungkin minder karena mereka anjing kampung. Hihihi.

Nyebelinnya, geng anjing ini bukan cuma satu-satunya. Di kompleks perumahan tetangga ada satu geng anjing lain, juga di kebun kosong, satu geng anjing lagi menguasai tempat itu.

Pada suatu pagi aku lagi bersemangat banget untuk jalan kaki. Seperti biasa aku disambut gonggongan dari arah lapangan voli. Berisik sih, tapi karena udah biasa, aku terus menanjak ke atas ke kompleks perumahan tetangga. Tapi oh oh, apa yang sedang terjadi? Ternyata disana ada seekor anjing asing yang berusaha masuk ke lingkungan itu. Terang aja anjing asing itu diintimidasi oleh geng anjing di sana. Dikepung dari segala penjuru dan digonggongi. Pagi-pagi kok udah berantem sih? Aku turun lagi aja ah...

Eh, waktu aku turun, si anjing asing ikut berjalan di sebelahku. Sepertinya emang udah ga ada harapan lagi untuk dia masuk ke kelompok itu. Di belakang, geng anjing kompleks tetangga terus mengonggong.

Tapi.......masalahnya ga berhenti sampai di situ. Tiba-tiba gonggongan baru muncul. Geng anjing dari kebun kosong ikut-ikutan mengonggong, keluar dari balik ilalang dan mengintimadasi anjing asing itu.
Aku juga liat di bawah sana Poly cs mulai ikut mengonggong dan memamerkan gigi-giginya. Hey! Aku ga ikutan ya! Aku kan cuma jalan pagi!

Biasanya, setiap jalan pagi, ga cukup untuk aku bolak-balik sekali aja. Pagi itu pun rencananya aku masih akan melanjutkan jalan kakiku menanjak ke atas. Tapi begitu aku memutar badan, di atas sana udah berkumpul anjing-anjing banyaaaaaaaaaaak sekali! Semuanya menuju ke bawah untuk menyerang anjing asing tadi. Satu persatu anjing-anjing itu keluar dari balik rumput ilalang. Adegannya persis kaya di film-film cowboy dimana penjahatnya keluar satu persatu dari dalam bar. Aku terjebak! Toloooong!

Pelan-pelan dan berusaha ga menarik perhatian aku langsung angkat kaki dari sana. Sampai di rumah langsung deh aku ngomel-ngomel karena bete. ya ya pengennya sih langsung ngomel sama anjing-anjingnya, tapi nanti kena rabies lagi. Males!

Minggu lalu, setelah mudik lebaran agak lama, aku kembali ke rutinitas jalan pagi ini. Tapi, apaan tuh? Di puncak tanjakan kelihatan Poly sedang diintimidasi oleh geng anjing kompleks tetangga. Ga cuma itu, Poly juga dibuat menunduk-nunduk sampai terdengar suara merintih-rintih. Ya ampun! Padahal si Poly kan aslinya galak banget!!!!!

Ga lama kemudian, geng anjing kompleks tetangga mulai turun ke bawah. Sementara, anggota geng anjing kompleksku yang sedang menunggu Poly di lapangan voli mulai kabur berpencaran! Kompleks kita dikuasai!!!!!!

Geng anjing kompleks tetangga ini dipimpin oleh anjing putih yang lebih galak dan lebih menyebalkan dibandingkan Poly. Anjing putih ini terus mengonggong mendekati aku. Dia ga menjauh biarpun aku udah menghentak-hentakkan kaki berkali-kali. Baru waktu aku mencoba melempar gelas aqua kosong anjing itu sedikit menjauh. Tapi ga lama, dan anjing itu mulau menggonggong sambil mendekati aku lagi. Kabuuuuur!!!!!!

Akhirnya aku mengubah rute jalan kakiku ke tempat yang lebih ramai. Tapi anjing-anjing itu mulai menguasai seluruh kompleks. Sampai di depan rumah Pak Anang, tetanggaku ini sedang berjemur di depan rumahnya. Pak Anang baru pulang ke rumah setelah lama diopname di rumah sakit. Makanya dia juga heran melihat populasi anjing yang bertambah.

"Wiiiih banyak banget ya anjingnya?!", katanya sambil mengayun-ngayunkan tongkat, mengusir anjing yang mendekat.

"Iya ni pak, anjing-anjing di kompleks kita kalah perang...Payah!"

Hari itu, agenda jalan kakiku gagal lagi. Sebel.

Untungnya, beberapa hari terakhir ini Poly cs berhasil mengambil balik kekuasaan. Situasi kembali seperti dulu. Aku lihat geng anjing kompleks tetangga cuma berani bersantai di depan kandang sapi di atas tanjakan sana. Bagus!!! Jangan berani-berani lagi turun ke kompleksku ya! Kalian bau, budukan, suka kawin sembarangan lagi!

Wahai anjing-anjing tetangga, untukmu kompleksmu dan untukku kompleksku. Jangan suka ambil-ambil wilayah orang sembarangan. Ko kaya negara tetangga kesayangan Indonesia aja.. Peace ah....:D