Kamis, 21 Februari 2008

Futurarc Prize, Futurarc Forum dan Green Architecture

*update : M'pri udah nulis juga tentang sayembara ini...rajin banget nulis ulang semua konsepnya...hihihi. Ya gapapa deh, itung-itung buat persiapan presentasi di soup chat. Panel sayembaranya juga bisa diliat disini.

Ceritanya beberapa bulan yang lalu aku diajak mantan pacarku dan Fajar untuk ikut sayembara desain Green Architecture yang diadakan oleh BCI Asia. Akhirnya, selama beberapa bulan terakhir, kami bertiga mengorbankan hari-hari weekend untuk mengerjakan sayembara ini. Hari-hari yang melelahkan tapi juga menyenangkan. Hari-hari yang berbeda dari rutinitas biasa, hari-hari dimana kami banyak belajar tentang hal-hal baru dan mendesain dengan all-out. Setelah semuanya selesai, kami sudah merasa sebagai pemenang, karena puas dengan apa yang kami hasilkan. Apapun keputusan juri, itu ada di urutan kesekian.

Seminggu sebelum pengumuman resmi pemenang, telepon rumahku berdering jam 11 malam! M'pri dan aku udah melirik bengis ke arah telepon. Gila, siapa nih yang nelpon jam segini?

Akhirnya aku angkat juga, dan...

"Keow, kita menang!!"

ternyata Fajar, dia baru ditelepon oleh panitia sayembara.

"Hah? Juara berapa?"

"Juara pertama untuk site Malaysia!"

Senang? Pastinya...

Alhamdulillah...
Tapi yang jelas, kami udah merasa senang dari jauh-jauh hari sebelum dinyatakan sebagai "pemenang".

Oia, ada kabar yang lebih menyenangkan lagi. Sayembara ini adalah sayembara internasional khususnya se-Asia Pasific dengan tiga lokasi yang disayembarakan: Malaysia, Filipina dan Australia. Nah ternyata, seluruh pemenang dari masing-masing lokasi berasal dari indonesia loh! Yeaaa!! Selamat ya!

Waktu orang tua dan saudara-saudaraku menerima kabar menyenangkan ini, mereka semua bertanya, "Emang green architecture itu apa sih?"

iya, apa sih green architecture itu?

Sebelum bercerita lebih banyak, aku mau berterimakasih dulu kepada panitia sayembara ini. tanpa inisiatif mereka menyelenggarakan sayembara bertema "green architecture", kami mungkin ga akan termotivasi untuk belajar tentang topik ini. Hadiah uangnya mungkin ga terlalu besar ( kecuali kalau ada yang mau beli hadiah software autodesk revit-nya ;P), tapi kami belajar banyak.

Pengumuman resmi pemenang Futurarc Prize diadakan bersamaan dengan Futurarc Forum 2008 yang bertemakan Green Architecture. Walaupun bukan topik baru, green architecture akhir-akhir ini lebih banyak dibicarakan sejak Al-Gore mengampanyekan isu global warming.

Ga usah didebat lagi kalau arsitek adalah salah satu profesi yang paling berperan terhadap perusakan bumi. Beberapa dekade terakhir, kita terlalu dimanjakan oleh teknologi. Penghangat/pendingin ruangan yang mungkin sudah tidak menggunakan freon, tetapi menyita energi listrik yang cukup besar, pembangunan besar-besaran yang mengurangi luasan daerah hijau, pembabatan hasil hutan untuk material bangunan, dan lainnya. Bertobatlah hai arsitek-arsitek!

Dr. Raymond J. Cole, dari British Columbia University, Canada meringkas definisi 'green architecture' ke dalam klasifikasi sebagai berikut:

Reuse:
- energy
- material
- water
- land

Reduce:
- green house effect emission
- ozone depletion
- liquid effluent
- solid waste

Improve:
- indoor air quality
- thermal
- lighting
- acoustic

Gampang kan? Gampang ngetiknya, aplikasinya belum tentu...hehehe. But if there's a will there's a way kan? Poin-poin dari Dr. Cole di atas adalah prinsip-prinsip dasarnya, sementara gaya arsitekturnya bisa tergantung kepada selera masing-masing individu. Yang musti diingat adalah 'green architecture' itu bukan sekedar kosmetik. Atap rumput apakah pasti hijau? Belum tentu. Kalau pemilihan jenis vegetasinya ga sesuai dengan lingkungan setempatnya dan malah menguras banyak air untuk menyiram bagaimana?

Pak Budi Sukada, ketua IAI pusat memberikan kutipan yang bagus sekali,

"karya bukanlah hasil akhir, melainkan sarana."

Kutipan ini mengingatkan kita bahwa pada saat membangun, kita harus menyadari bahwa ada 'pendahulu'-'pendahulu' di lingkungan tempat kita membangun. Apakah itu berupa bangunan lain, pepohonan, sumber mata air dan lainnya. Jadi, pembangunan harus selaras dengan kondisi yang sudah berlaku, dan setelah pembangunan selesai, bukan berarti pekerjaan kita selesai, karena kita harus terus membinanya supaya keselarasan terus terjadi.

Ah aku jadi ngerasa banyak omong banget. Padahal kalau di rumah juga masih suka pasang AC, hihihi. Pembenarannya, ini kan rumah kontrakan, dulunya ga dirancang dengan bener jadinya ventilasinya ga berfungsi dan gerah banget! Berarti nanti kalo aku ngerancang rumah sendiri konsep rancangannya adalah bablas angine ;P.

Walaupun mencerahkan, aku juga ingin mengkritik pembicara-pembicara di Futurarc Forum kemarin. Aku merasa beberapa di antara para pembicara terlalu berpikiran west oriented atau modern oriented. Dr. Cole di akhir presentasinya mengatakan: " I hope in the future, architect in Indonesia will start to build as architects in north america do." Bang Ridwan Kamil -tanpa mengurangi rasa hormat- mengatakan, "Kita harus melakukan pendekatan secara bertahap kepada penduduk-penduduk 'daerah' agar mereka memahami konsep green architecture."

Aku ga bermaksud sok tahu atau sok pintar, tapi dari yang aku pelajari, desain arsitektur vernakular indonesia adalah contoh baik desain-desain yang menerapkan prinsip-prinsip green architecture. Justru kitalah yang harus banyak belajar dari peninggalan nenek moyang kita, dan juga dari orang-orang kampung yang tidak memperoleh pendidikan tinggi tetapi hidup seimbang dengan lingkungannya.

Aku tinggal di salah satu kampung di bali. Disini, bapak-bapak petani setiap hari menggunakan sepeda ke sawah alih-alih memakai kendaraan yang tergantung pada BBM. Mereka bertelanjang dada ( bapak-bapaknya lo ya ;P) sehingga ga memerlukan AC. Mereka malah sudah mengenal istilah 'water reuse' karena mereka mandi di sungai, lalu air bekas mandi digunakan untuk mencuci baju lalu air bekas mencuci baju digunakan untuk mencuci sepeda ( atau kebalik siklusnya ya? ;P). Jadi, ternyata mereka lebih 'green' kan daripada kita?

Pada saat mengerjakan sayembara, kami banyak belajar dari salah satu arsitek australia, Troppo Architect. Mereka adalah arsitek yang rajin mengeksplorasi desain bangunan untuk mampu beradaptasi dengan iklim setempat, terutama iklim tropis. Menariknya, karena iklim hot-humid di Australia utara mirip dengan iklim di Indonesia, maka mereka banyak belajar dan mentransformasi arsitektur-arsitektur tradisional Indonesia, seperti di daerah Makasar. Hasil rancangan mereka kebanyakan adalah bangunan-bangunan bermaterial baja ( karena baja mudah didapat di Australia) dengan bermacam-macam bentuk atap miring futuristik. Jadi, alangkah ruginya kita karena sering memandang sebelah mata kepada arsitektur lokal sementara arsitek mancanegara justru menggali ilmu dari sana. Selama ini, kita terlalu banyak berkiblat ke arsitek-arsitek barat yang notabene kondisi iklimnya jauh berbeda, sementara banyak contoh-contoh menarik dan sudah teruji fungsionalitasnya di kampung sendiri.

Salah satu contoh bagus tentang kolaborasi antara arsitek dan penduduk lokal ada di Kenya. Para arsitek dari ITDG ( Intermediate Technology Development Group) , hanya mengarahkan kepada kliennya, perempuan Maasai, Kenya, untuk menambahkan jendela dan parit di sekitar rumah tradisional mereka. Ya, dikarenakan perubahan gaya hidup dan kebutuhan, arsitektur tradisional pun harus mampu beradaptasi. Tapi itu bukan berarti menggantinya dengan yang sama sekali baru kan?

Dengan kekayaan preseden seperti di Indonesia, sebetulnya tidak sulit bagi Indonesia untuk mulai menerapkan prinsip-prinsip 'green architecture'. Negara tetangga kita, Australia, Vietnam, Singapura dan ( oh oh ) Malaysia sudah maju beberapa langkah di depan. Yah sebete-betenya kita sama Malaysia ternyata mereka emang selalu lebih duluan daripada kita... Kasiyaan deh kita..:)

Menurutku, keberlanjutan 'green architecture' di Indonesia agak meragukan. Pada saat Forum Futurarc kemarin, perwakilan pejabat dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Pemda DKI, meninggalkan acara ga lama setelah mereka memberikan sambutan dan... ga balik-balik lagi! Padahal acaranya bagus loh, presentasi dari pembicara-pembicaranya juga mencerahkan. Andaikan aja mereka mau mendengar.

Sekarang aku ga heran kenapa Indonesia sulit untuk maju padahal banyak orang pintar yang tinggal dan berasal dari sini. Jelas kelihatan pemerintah ga berupaya membangun sinergi yang positif dengan mereka. Sampai kapan sih pejabat kita cuma mau bertugas sebagai penggunting pita dan pemberi sambutan? ....dan kita membayar pajak untuk menggaji mereka melakukan itu semua. Sebel kan?

Ps. lihat juga:
Architecture 2030
Architecture For Humanity
ITDG ( Intermediate Technology Development Group) official website
Inhabitat
Building.co.uk
Greenhouse.gov.au

10 komentar:

  1. trus.. trus..
    trus kapan makan2nya? :D

    btw selamat yah :)

    BalasHapus
  2. Halo Ika, selamat ya atas prestasinya,mudah2an menginspirasi anak2 dibawahnya.

    btw, komentar kamu untuk jawaban sy di forum futurarc, sy kira agak kurang tepat, karena bukan itu yg sy maksud.

    Pertanyaan aslinya itu datang dari seorang konsultan di Kaltim yng nanya " gimana meyakinkan pemda (yg proyek oriented melulu) dan masyarakatnya (yg menurut dia cuek dgn konsep sustainable). Apa tipsnya?"

    Karenanya, jawaban saya adalah mungkin masalahnya bukan di konsepnya, tapi dari teknik komunikasinya. Kerena seringkali bahasa arsitek terlalu ngejlimet untuk dimengerti. Makanya lanjut saya, sebaiknya berkomunikasi dengan perlahan-lahan sesuai dengan kebutuhan dan daya serap mereka dengan bahasa yg mereka mengerti.

    Ini persis yg dilakukan kalo di proyek properti ketika developer susah menerima konsep green arch karena dianggap extra cost. sehingga tipsnya dalah berkomunikasi dengan bahasa bisnis untuk meyakinkan mereka dengan bhs yg mereka mengerti, bahwa long term, green concept adalah menguntungkan. Dengan tips ini tiba2 satu grup terinspirasi ut punya slogan "Going Green". Grup lain malah minta kita agar mendesain proyeknya ikut standar sertifikasi green LEED dari Amrik.

    jadi jgn salah mengerti juga bahwa ada tersirat seolah-olah masyarakat vernakular tidak mengerti green architecture. Justru mereka itu tempat kita berkaca. Namun juga kita haru sjernih, konteks dan tantangannya lain. Di Kota2 yg super padat, stressful, sumpek dan ribet, bisakah kita mentransformasikan nilai2 hidup orang desa yg seimbang dengan alam spt yg Ika lihat di bali. jawabannya mungkin bisa tapi tidak mudah. karena konteknsya berbeda.

    karenanya hati2 dalam menyampaikan ide,salah berbahasa saja yg kadang memperumit. Sehingga konsep yg baik terdengar menjadi buruk. itu saja maksud saya di forum kemarin.

    that is all..

    salam buat mrpi dll.

    emil

    BalasHapus
  3. huaaaa...mimpi apa semalem blogku dibaca ma arsitek beken...hehehe...

    bang emil tengkyu ya penjelasannya...emang di sesi tanya jawab kemarin lebih searah antara moderator dan pembicara, jadi aku salah nangkep deh :)..

    eniwei, aku banyak dapet ilmu juga kok dari topik-topik yang bang emil sampain kemarin :)..

    sampai ketemu lagi!

    BalasHapus
  4. wah mbak ini hebat yah, aku lagi tugas akhir yang temanya green architecture, arsitektur hijau. Mbak bisa bantu saya cari referensi referensinya yah. Nanti deh saya japri, kebetulan saya mau kenalan juga dengan yang namanya pak tropo itu. Saya juga secara doyan tema green doyan juga vernacular. Kalau sustainable itu beda lagi ya mbak? aduh kayaknya kita perlu ngobrol banyak nih.

    BalasHapus
  5. wah hebat... selamat kepada kalian bertiga.. salam dari jakarta.. kalo software aslinya ga kepake boleh kok dikirim ke jakarta... jadi nanti kalo gue ke bali ditraktir ya... mm ayam kedewatan terlalu murah, bagaimana kalau bebek bengil?

    BalasHapus
  6. selamat ya mbak...

    memang membanggakan mbak dan mas-mas ini... diantara posisi profesi arsitek di Indonesia dan jati dirinya yang kurang dihargai, ternyata muncul berlian-berlian baru di ranah arsitektur Indonesia!

    sekali lagi selamat ya...
    padahal pengen ngobrol banyak di forum kemarin, cuman saya terlalu sibuk dgn tetek bengek forum tsb... terutama kebanyakan disuruh jaga laptop buat presentasi pembicara2... tapi jadi nyerep ilmunya siy... hehehe...

    salam kenal ya...
    bolehkah diriku cross link blogmu di blogku?

    Ps:
    mas emil komentarnya memeperjelas yg kmrn dirasa kurang jelas... mungkin bisa diposting di milis iai ato di forum lain biar bisa dibagi sama rekan2 arsitek lain?

    thx b4
    Erwin Maulana

    BalasHapus
  7. @wargimin:yah telat, celebrationnya udah tuh ;P

    @prabham: boleh, nanti kita omongin transaksi bisnisnya ya...tapi ini rahasia loh, nanti aku digrebek lagih..

    @mas erwin:makasih ya mas erwin, boleh atuh di link blognya..nanti ta' link juga :)

    BalasHapus
  8. Waah...! Mbak Ika, selamat yah! aku dikasitw mam soal ini, langsung aja kubuka blognya tuk kasih selamat,,, hehehehe...
    Btw aku juga kepengen ngelyat desain green-nya mb ika yg menang inii.. ntar klo aku butuh tips buat menerapkan "go green" utk tmpat tinggal aku bisa nanya mb ika yah! baca komentar mb ika yg bilang masih pake AC juga... aku juga gtu, maunya sih meminimalkan mpake AC, tapi.... yah, gtu, deh, masih susah,,, tau sendiri Jakarta kaaan??


    eh eh... tpi sekarang di Jakarta lagi musim ujan jadiii dingin! horee! jadi nggak mpake AC sama sekali masih enak banget! cumaa... adek, tuh, kayaknya 'harus' banget pake AC, sebel, deh...

    Last, mampir ke blogku ya... lagi jarang ngisi akhir2 ini sih... soalnya menjelang UN, hehe... doain aku juga sukses masuk UI yah! lagi nunggu pengumuman PMDK, semogaa... keterima, amien!!!

    Salam dari Fika, Uzie, dan Mom

    BalasHapus
  9. fikaaaaaaaaaaaaaaa....
    pa kabar?
    huhuhu jadi malu...aku juga masih belajar kok say...kita belajar bareng-bareng aja dari link yang aku cantumin di artikel ini yuks!

    ngeliat kemajuan arsitektur hijau di negara2 lain aku jadi ngerasa indonesia itu tertinggal banget deh :(. Kita ini hidup di jaman apa siiiih???*sigh*

    btw, kalau mau liat panel sayembaranya, bisa diliat disini : http://coroflot.com/priyatnadp...

    thanks, cousin...salam buat semua ya :)

    BalasHapus
  10. dek ikaaaa.......

    udah lama gak blogwalking, pas baca blognya d'ika.. waaahhh.. selamat ya...

    sama kayak fika, aku jadi tertarik banget sama green architecture.. huhu..

    pas baca, aku langsung ngebatin..
    "pokoknya, someday, saat aku bikin rumah, aku mau bikin rumah yang menerapkan green architecture"

    hmm.. bisa diterapkan diterapkan di rumah sukagalih gak ya?

    salam buat M'Pri yaaahhh...

    ditunggu di jogja..

    BalasHapus