Selasa, 13 November 2007

Nyam nyam, Cemilan Baru...



Asiiiik hari ini dapet kiriman TIKI!


Pasti isinya buku-buku:
Give a Damn Design Like You ( atau Design Like You Give a Damn?) oleh Architecture for Humanity.
Aku udah ngecengin buku ini waktu jalan-jalan ke Aksara, Kemang beberapa bulan yang lalu. Niat mau beli tertunda dulu gara-gara bulan itu udah shopping gila-gilaan, lagian beberapa minggu kemudian Harry Potter baru bakal keluar ( yea yea I chose Harry Potter instead, then sue me! ;P)

The Elephant and The Trees oleh Jin Pyn
Beberapa bulan yang lalu aku ketemu Ms. Pyn di Ubud Writer Festival. Siapa yang sangka kalau mbak manis asal Thailand ini ternyata adalah salah satu penulis buku anak-anak best seller. Orangnya murah senyum dan rendah hati sekali...Oya ya ya...memang selalu menyenangkan ya kalau ketemu orang yang berprestasi tapi tetap rendah hati ( dan menyebalkan sekali kalau kebalikannya, betul?).

The Giving Tree oleh Shel Silverstein
buku ini direkomendasi oleh mbak 'kurir'...hihihi

Memang beberapa bulan yang lalu Mbak Dian minta aku jadi fotografer di nikahannya. Kebetulan Mbak Dian ini berdomisili di Singapore, sik asiik jadi aku bisa titip-titip dooong waktu dikau pulang ke Bandung nanti :).

Eh titip ga sekedar titip ternyata, ujung-ujungnya aku malah ga boleh bayar buku-buku di atas sama Mba Dian. Dianggap fee fotografer aja katanya...Waduuuh, kalo kaya gini kan jadi ga enak...hihihi. Tau gitu, aku pesen lebih banyak lagi! Pesen working station IKEA sekalian! Pesen cardigan Mango sekalian! Pesen sepatu Hush Puppies sekalian! Huahahaha...*jitak* Dasar ngelunjak...

Makasih banget loh Mbak! Aku suka banget buku-buku ini. Dududu...jadi ada pajangan baru nih di rak bukuku. Sayangnya aku sekarang lagi males untuk mereview satu-satu. Silakan googling sendiri, atau tunggu sampai virus males ini pergi ya ;P.




Jumat, 09 November 2007

Mentari Masih Menyala Di Sini

Mungkin karena hari ini matahari menyengat lagi di Bali setelah beberapa hari hujan lebat. Ya, mungkin karena itu aku tiba-tiba ingat lagu 'Mentari'.

Ayooo masih pada inget ga lagu itu? Untuk yang sealmamater pastinya masih dong. Apalagi yang seangkatan. Apalagi yang waktu itu bareng-bareng jadi panitia OSKM. Hihihi...inget ga slogan panitia OSKM waktu itu : "OSKM, Chicken Soup for The Jomblo Soul." Terbukti setelah OSKM-nya bubaran jadi nambah deh deretan fans-fans baru...hahahaha *hueeeeeeeekkk*.


Balik lagi ke lagu Mentari. Lagu yang bermakna dalam ini diciptakan oleh yang terhormat Abah Iwan Abdurrahman. Entah dari tahun berapa lagu ini udah jadi theme song mahasiswa ITB dan beberapa kampus lainnya. Yang jelas Bapakku yang angkatan 73 juga familiar dengan lagu ini.

Ga sadar aku menggumam menyanyi lagu ini. Hmmmmmmm....Rasanya seperti balik lagi ke beberapa tahun yang lalu. Berbaris rapi di lapangan basket kampus. Berloncatan membentuk body wave. Pura-pura serius karena takut dimarahi para senior, padahal sumpah mati aku ga bisa nahan ketawa mendengarkan teriakan Danlap di depan barisan: "Perhatikan saya! Saya adalah senter (maksudnya 'center' gitu), saya adalah S-E-N-T-E-R!" Huahahaha....Gigi lo tuh senter.

Tapi waktu kami diajarkan lagu Mentari ini, ga bisa lagi deh cekikikkan. Setelah berulang-ulang menyanyikannya sepertinya ada yang menusuk hati. Irama lagu ini cenderung sendu, tapi liriknya betul-betul membangkitkan semangat dan idealisme.

Ah, idealisme. Ya ya, jaman mahasiswa dulu.

Jaman mahasiswa? Apakah sekarang udah ga ada lagi idealisme itu? Apa karena porsinya habis diambil alih deadline yang menumpuk? Atau bermacam tagihan yang harus dibayar? Atau apa? Hmmm...ga tau lah. Tapi kalau aku menghayati lirik lagu Mentari ini, "...gemuruhnya sampai di sini...di sini di urat darahku...."

Ya, kayanya ga ilang 100% kok. Mungkin persentasenya lebih sedikit, hey, kita hidup di dunia nyata kan?

Kalian semua gimana? Ayo semuanya periksa dan dengarkan baik-baik...Apakah masih ada 'gemuruh mentari' itu? Aku yakin masih ada. Tinggal bagaimana kita mengaplikasikannya aja dan menyeimbangkannya dengan kehidupan sehari-hari kita, ya kan? Sok bijaksana ah :D.
Mending sekarang kita nyanyi dulu bareng-bareng. Ngomong-ngomong, sekarang Danlap Senter itu apa kabarnya ya? Hihihi...

Ps:
-Terimakasih untuk Abah Iwan yang udah menciptakan lagu indah ini.
-Juga buat website Plano 97 yang mengkompilasikan lengkap lagu-lagu di jaman kuliah dulu, alus euy websitena!
-Cul, kamu masih nyanyi lagu ini ga di OSKM kemarin?

Mentari oleh Iwan Abdurrahman

Mentari menyala di sini
Disini, di dalam hatiku
Gemuruhnya sampai di sini
Disini, di urat darahku

Meskipun tembok yang tinggi mengurungku
Berlapis pagar duri sekitarku
Tak satupun yang mampu menghalangiku
Menyala di dalam hatiku

Hari ini hari milikku
Juga esok masih terbentang
Dan mentari kan tetap menyala
Disini, di urat darahku

Kamis, 01 November 2007

Kudeta


illustrasi oleh m'pri

Ga jauh kompleks perumahanku ada kompleks perumahan tetangga. Lokasinya berada di dataran yang lebih tinggi. Jalan paling dekat menuju sana adalah melewati jalan tanjakan yang kanan kirinya masih berupa kebun kosong dimana tumbuh rumput liar setinggi badan orang dewasa. Rumput liar ini biasa disiangi peternak sapi untuk makanan ternaknya. Di kaki tanjakan ada lapangan voli tepat anak muda kampung sekitar main voli setiap sore. Jalan tanjakan ini adalah area fitnessku. Jalan kaki naik turun tanjakan ini aja setiap pagi lumayan bikin keringetan loh. Apalagi kalau jogging. Wiih, dijamin bikin badan kenceng deh. Di puncak tanjakan, kalau kita bangun cukup pagi, bisa menikmati cantiknya matahari terbit di balik rimbunnya pohon kelapa di tebing seberang. Indah sekali.

Seperti daerah-daerah di Bali lainnya, ada banyak anjing di kompleks perumahanku. Ga cuma anjing kampung, tapi juga anjing ras yang bermajikan. Ayo kita itung satu-satu. Seengganya ada tiga anjing kampung yang ga teridentifikasi, satu item dan dua putih. Ada juga Tripod, anjing kampung berkaki tiga. Mungkin dulu area kekuasaannya ada di pinggir jalan. Terus setelah kecelakaan dan kakinya ilang satu, dia mengungsi ke kompleks perumahanku. Anjing kampung yang terakhir warnanya aneh banget, coklat muda dengan bercak-bercak hitam yang di sekujur tubuhnya. Terus ada Veno, anjing golden retriever berwarna kepunyaan Pak Dewo. Veno bukan anjing golden yang pintar, malah cenderung dongo. Bener loh, pemiliknya aja bilang kalau Veno itu anjing bodoh. Nah, yang terakhir adalah Poly, anjing kintamani berwarna offwhite milik Pak Hery yang tinggal di pinggir sungai. Poly kayanya adalah pemimpin geng anjing di kompleks ini. Galaknya minta ampun. Hobinya menggonggong memarahi orang yang lewat di depannya. Termasuk aku! Nyebelin deh!

Aku ga ngerti soal peranjingan, tapi kayanya anjing kintamani memang termasuk anjing yang galak dan cerewet. Minimal ada dua kasus yang udah terbukti. Pertama, si Tari, almarhumah anjing kintamani kepunyaan mantan bossku. Kata Pak Sapuan, baby sitternya, Tari ini ga mau dipegang kecuali olehnya dan Boss. Jangan berani-berani membelai Tari kalo ga mau digigit!

Yang kedua ya si Poly. Wajar sih kalo dia ngegonggong waktu aku ngelewat depan halaman rumahnya. Tapi kadang-kadang,Poly yang dibiarkan bebas berkeliaran, menggonggong juga waktu aku ada di depan rumahku sendiri! Iiiiiiiih rese!!!

Geng anjing ini, hampir setiap pagi berjemur dan bermain di lapangan voli dekat area fitnessku itu. Dari jauh Poly dan Veno udah menggonggong melihat aku datang. Padahal anjing-anjing yang lain kalem-kalem aja tuh. Mungkin minder karena mereka anjing kampung. Hihihi.

Nyebelinnya, geng anjing ini bukan cuma satu-satunya. Di kompleks perumahan tetangga ada satu geng anjing lain, juga di kebun kosong, satu geng anjing lagi menguasai tempat itu.

Pada suatu pagi aku lagi bersemangat banget untuk jalan kaki. Seperti biasa aku disambut gonggongan dari arah lapangan voli. Berisik sih, tapi karena udah biasa, aku terus menanjak ke atas ke kompleks perumahan tetangga. Tapi oh oh, apa yang sedang terjadi? Ternyata disana ada seekor anjing asing yang berusaha masuk ke lingkungan itu. Terang aja anjing asing itu diintimidasi oleh geng anjing di sana. Dikepung dari segala penjuru dan digonggongi. Pagi-pagi kok udah berantem sih? Aku turun lagi aja ah...

Eh, waktu aku turun, si anjing asing ikut berjalan di sebelahku. Sepertinya emang udah ga ada harapan lagi untuk dia masuk ke kelompok itu. Di belakang, geng anjing kompleks tetangga terus mengonggong.

Tapi.......masalahnya ga berhenti sampai di situ. Tiba-tiba gonggongan baru muncul. Geng anjing dari kebun kosong ikut-ikutan mengonggong, keluar dari balik ilalang dan mengintimadasi anjing asing itu.
Aku juga liat di bawah sana Poly cs mulai ikut mengonggong dan memamerkan gigi-giginya. Hey! Aku ga ikutan ya! Aku kan cuma jalan pagi!

Biasanya, setiap jalan pagi, ga cukup untuk aku bolak-balik sekali aja. Pagi itu pun rencananya aku masih akan melanjutkan jalan kakiku menanjak ke atas. Tapi begitu aku memutar badan, di atas sana udah berkumpul anjing-anjing banyaaaaaaaaaaak sekali! Semuanya menuju ke bawah untuk menyerang anjing asing tadi. Satu persatu anjing-anjing itu keluar dari balik rumput ilalang. Adegannya persis kaya di film-film cowboy dimana penjahatnya keluar satu persatu dari dalam bar. Aku terjebak! Toloooong!

Pelan-pelan dan berusaha ga menarik perhatian aku langsung angkat kaki dari sana. Sampai di rumah langsung deh aku ngomel-ngomel karena bete. ya ya pengennya sih langsung ngomel sama anjing-anjingnya, tapi nanti kena rabies lagi. Males!

Minggu lalu, setelah mudik lebaran agak lama, aku kembali ke rutinitas jalan pagi ini. Tapi, apaan tuh? Di puncak tanjakan kelihatan Poly sedang diintimidasi oleh geng anjing kompleks tetangga. Ga cuma itu, Poly juga dibuat menunduk-nunduk sampai terdengar suara merintih-rintih. Ya ampun! Padahal si Poly kan aslinya galak banget!!!!!

Ga lama kemudian, geng anjing kompleks tetangga mulai turun ke bawah. Sementara, anggota geng anjing kompleksku yang sedang menunggu Poly di lapangan voli mulai kabur berpencaran! Kompleks kita dikuasai!!!!!!

Geng anjing kompleks tetangga ini dipimpin oleh anjing putih yang lebih galak dan lebih menyebalkan dibandingkan Poly. Anjing putih ini terus mengonggong mendekati aku. Dia ga menjauh biarpun aku udah menghentak-hentakkan kaki berkali-kali. Baru waktu aku mencoba melempar gelas aqua kosong anjing itu sedikit menjauh. Tapi ga lama, dan anjing itu mulau menggonggong sambil mendekati aku lagi. Kabuuuuur!!!!!!

Akhirnya aku mengubah rute jalan kakiku ke tempat yang lebih ramai. Tapi anjing-anjing itu mulai menguasai seluruh kompleks. Sampai di depan rumah Pak Anang, tetanggaku ini sedang berjemur di depan rumahnya. Pak Anang baru pulang ke rumah setelah lama diopname di rumah sakit. Makanya dia juga heran melihat populasi anjing yang bertambah.

"Wiiiih banyak banget ya anjingnya?!", katanya sambil mengayun-ngayunkan tongkat, mengusir anjing yang mendekat.

"Iya ni pak, anjing-anjing di kompleks kita kalah perang...Payah!"

Hari itu, agenda jalan kakiku gagal lagi. Sebel.

Untungnya, beberapa hari terakhir ini Poly cs berhasil mengambil balik kekuasaan. Situasi kembali seperti dulu. Aku lihat geng anjing kompleks tetangga cuma berani bersantai di depan kandang sapi di atas tanjakan sana. Bagus!!! Jangan berani-berani lagi turun ke kompleksku ya! Kalian bau, budukan, suka kawin sembarangan lagi!

Wahai anjing-anjing tetangga, untukmu kompleksmu dan untukku kompleksku. Jangan suka ambil-ambil wilayah orang sembarangan. Ko kaya negara tetangga kesayangan Indonesia aja.. Peace ah....:D


Selasa, 30 Oktober 2007

Kutunggu Kau di Jalan Burujul


Ini cerita lebaran yang tertunda....Gara-gara blogger yang entah kenapa sulit banget dibuka dengan koneksi internet XL di kampung Mambal ini. Tauk deh yang salah Bloggernya atau XLnya...Yang jelas dua-duanya bikin bete! Tapi, kalo kata Mas Bham, "Lu pindah ke Jakarta aja biar dapet koneksi internet cepet...", huh punten lah Bham....Mendingan internet lemot tapi bebas polusiii.....hehehehe....

Dan akhirnya setelah berjuta-juta kali me-refresh, bisa masuk juga deh ke Blogger...phhuiiiiiih...

Lebaran kemarin, pertama kalinya aku berlebaran di Tasik. Malah, itu mungkin pertama kalinya aku berliburan ke Tasik karena sebelumnya biasanya kota ini cuma jadi tempat transit setiap pulang mudik lebaran dari rumah nenek di Klaten.

Sialnya lebaran kemarin aku ga bisa sholat id karena lagi...ehm ehm...tau deeeh :D. Huaaaaa.....gosipnya kalau yang lebaran pas lagi ga sholat terancam kena jatah beres-beres rumah nenek! Hiks hiiiiikssss....bukannya ga mau ikutan beres-beres, tapi masa udah jauh-jauh ke tasik ga bisa menikmati suasana sholat iednya...(hehe...alasan...padahal mah.......). Sebetulnya kalau aku berlebaran sama keluargaku, sholat ga sholat ya tetep ikut ke lapangan. Tapi, di Tasik ini, katanya keluarga Kangkung biasa sholat Ied di Masjid lingkungan, bukan di lapangan. Dan masjidnya keciiiil sekali, jadi ga ada tempat untuk nongkrong untuk yang ga berkepentingan. Waduuuuuuh....terancam terancam!

Untungnya suamiku baik hati dan berakal panjang, katanya, yuk kita sholat ied ke masjid agung aja. kalau di masjid agung kan tempatnya lapang.......dan aku bisa hunting foto! horeeeeee!! Yuks!

Masjid agung Tasik ternyata ga terlalu jauh dari rumah nenek. Jadi bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Pulang sholat ied, makan, salam-salaman, trus.......kabuuuur......hehehe...Jalan-jalan lagi....Jalan kaki. Soal urusan jalan kaki ini, aku+Kangkung emang biasa jalan kaki di kota-kota yang kami anggap asik untuk berjalan kaki. Karena, dengan berjalan kaki pengalamannya juga berbeda. Semua detail akan lebih kelihatan dibandingkan kalau kita naik kendaraan. Begituuuu....

Setelah berjalan kaki lumayan lama, aku nemu hal lucu loh di kota ini. Ada beberapa jalan di Tasik yang namanya.....nyunda banget! Kangkung pernah cerita, kalau bahasa sunda itu bahasa yang ekspresif banget. Cuma dengan mendengarkan katanya aja, kita bisa membayangkan aktivitas yang didefinisikan oleh kata itu, biarpun kita ga ngerti artinya....Hmmmm....Masa sih? Nama-nama jalan di Tasik yang berhasil aku kumpulin antara lain: jalan burujul, jalan jajaway, gang kalektoran, jalan r. ikik wiradikarta (kalo ini emang nama orang sunda yang sekarang udah langka, ngomong-ngomong, imam sholat ied pagi itu juga namanya pak ikik hihihi), jalan cimulu, atau jalan manglid. Kebayang ga artinya?






Ternyata ga segampang itu untuk menebak-nebak maknanya. Waktu sampai di rumah dan ditanyakan ke Uwa-uwa, semuanya bilang, "Hmmm...apa ya? yah itulah pokonya ...burujul mah mungkin artinya deket-deket brojol kali yah?" Loh? Selain nama-nama jalan itu ada juga nama jalan yang sebenernya 'normal' tapi cara penulisan bikin cengengesan, seperti: jalan setasion atau jalan statsion, dan jalan kantoran (hihihi, mungkin yang tinggal di jalan ini semuanya orang kantoran kali yaa..).Euleuuuuh.....

Sebetulnya mungkin aku ngerasa aneh melihat nama-nama jalan ini karena pertama kalinya ke Tasik. Kalau dipikir-pikir, bukan cuma Tasik yang punya koleksi nama jalan yang aneh-aneh. Aku masih inget di awal semester kuliah, banyak teman yang berasal dari luar Bandung selalu kesulitan setiap mengucapkan 'Ciumbuleuit' :D. Pernah juga waktu pusing-pusing keliling Jakarta bersama teman yang berkewarganegaraan Malaysia, dia bertanya "What is Grogol?". Hohohoho. Waktu aku jawab Grogol adalah nama tempat, komentarnya: What an ugly name! Hahahahaha.....Embeeeeeeer.........

Ga kerasa udah lumayan lama juga kami jalan kaki keliling kota Tasik. Putar-putar kota cari nama jalan yang aneh-aneh ternyata lumayan bikin cape juga. Ayo Kang, kita cari bubur ayam. Kamu kan udah janji mau nraktir bubur ayam tasik yang katanya enak itu. Tapi ternyata bubur ayam Zaenal yang terletak di Gang Kalektoran, jalan Ikik Wiradikarta ini masih tutup.



Hiks hiks...Ya udah, makan rujak tasik aja yang mangkal ga jauh dari situ. Hmmmmm.....ternyata enak banget! Slluuurp.....Kayanya kota ini selain jalannya yang kocak-kocak makanannya pun enak-enak. Sayang karena sedang boboran shiam ( lebaran) jadi masih banyak yang tutup. Yaah....Kayanya memang wajib balik lagi nih ke Tasik, wisata kuliner, wisata arsitektur, sambil terus bertanya-tanya, dari mana sih asal kata 'burujul' itu? :)



ps: ga semua foto-foto bisa di-upload karena koneksi internet yang lambreta bambang! Dasar xllllllllllllll!!!!! hiks....kapan ya internet murah dan cepat masuk Bali?

Senin, 22 Oktober 2007

Bahasa Kalbu

Hari Minggu, 21 Oktober lalu, adalah hari terakhir libur lebaran. Aku+Kangkung sampai di Cengkareng kira-kira tiga jam sebelum pesawat kami berangkat ke Bali. Tiga jam!!Lama bangeeeet...!!Ke toilet dulu ah...

Tapi terminal 1A waktu itu lagi padat banget. Kayanya hari ini memang hari terakhir liburan untuk semua orang. Mendingan ke toiletnya nanti aja di gerbang keberangkatan. Pastinya lebih lengang deh....

Ternyata, aku salah. Toilet di gerbang A6 ga lengang-lengang amat. Sebenernya ga terlalu banyak orang yang mengantri. Tapi ada dua orang Mbak yang memonopoli ruang di depan cermin yang membuat toilet kecil itu bertambah sempit. Belum lagi tas-tasnya yang berserakan di meja washtafel. Uuuuuuh....minggir!! Aku juga mau cuci tangan!!

Kedua Mbak ini sedang sibuk menambahkan riasan ke wajahnya. Mempertebal bedak yang udah tebal, dan mempermerah bibir yang udah merah. Keduanya berambut blonde...Bukan, bukan orang asing...Tapi rambut yang dicat pirang. Salah satunya mengenakan t-shirt putih dengan lubang di punggung dan hiasan manik-manik di dada bertuliskan 'L-O-V-E'. Hmmmm....Kayanya di gerbang ini, selain ke Bali ada juga penumpang yang mau berangkat ke Batam deh...

Setelah agak lama di toilet aku kembali lagi ke ruang tunggu. Ternyata Nona Kamar Mandi yang tadi sedang duduk di depan Kangkung, terpisah oleh beberapa baris bangku kosong. Aku liat Kangkung sedang menatap ke depan sambil berusaha menahan senyum.

"Boleh ga aku mikir berpreseden? (berprasangka)", katanya waktu akhirnya sadar aku udah kembali.
"Yeaaaa...aku tau kamu mau ngomong apa..."
"Batam atau Surabaya?"
"Batam kayanya."
"Eh, Bali juga bisa lagi!"
"Hmmmmmmm.....?", gumamku ga yakin.

Tiba-tiba telepon genggam kepunyaan salah satu Nona Kamar Mandi berbunyi...

"Halo?....Iya, Pak...Saya ini baru mau berangkat ke Batam, nanti malem juga sampai. Telpon lagi aja nanti malem ya?"....

Aku melirik suamiku. Dia melirik aku.
Hehehehehe......

Ga beberapa lama ada dua orang Bapak-bapak yang datang. Keduanya duduk di bangku kosong tepat di depan Nona-nona Kamar Mandi. Uuuups, ternyata di salah satu bangku itu ada air menggenang! Seorang di antara Bapak-bapak itu pun mengumpat-ngumpat karena sekarang celana bagian belakangnya terlihat basah...Si Nona Kamar Mandi tertawa-tawa centil sambil melirik genit ke arah Bapak tadi.

Aku melirik suamiku lagi. Maleeesss....

Beberapa menit kemudian Nona-nona Kamar Mandi dan kedua Bapak tadi saling bertanya satu sama lain. Mau kemana? Dari mana?...dan pertanyaan standar lainnya.

"Kayanya aku berpreseden lagi deh...", kata Kangkung
"Aku tau. Tapi kayanya engga deh..."

Ternyata obrolan antara Nona Kamar Mandi dengan kedua Bapak ga berlanjut. Salah seorang Bapak sibuk membaca koran. Dan yang satunya pergi entah kemana, mengeringkan celana kali.

"Iya deng engga...hehehe"
"Tu kaaan...."

Ga kerasa waktu keberangkatan semakin dekat. Para penumpang pemilik tiket express boarding ke Bali udah berbaris di depan pintu.

"Kayanya penerbangan ke Bali nunggunya di sana deh. Pindah duduk yuk..." ajakku.
"Yuk..."

Kami duduk di salah satu deretan bangku kosong. Di deretan sebelah kanan kami terlihat sekelompok orang. Satu di antaranya perempuan muda, berambut panjang di cat warna-warni, badannya agak gemuk tapi toh ia tetap pede memakai rok mini. Tiga orang lainnya adalah pria asing berwajah timur tengah.

"Hmmmmmm....kayanya aku berpreseden lagi deh..."
"Tauuuuuuuu..."
"Ancur ya, begitu jauh dari istri langsung deh main ke Bogor."
"Hehehe...."

Makin mendekati waktu keberangkatan calon penumpang semakin berdatangan. Sekarang sepasang laki-laki dan perempuan duduk di hadapan kami. Yang pria adalah warga negara asing, yang perempuan sepertinya orang Indonesia, berkulit coklat dan berbibir tebal. Rambutnya di-blow out rapi dan diberi sedikit highlight. Ia memakai rok super mini dipadu dengan t-shirt Louis Vitton berwarna kuning dan sendal wedge yang keren. Sambil menunggu ia asik membaca rubrik Parodi di Kompas Minggu yang dipandu oleh Samuel Mulia. Sementara pasangannya sesekali mengajaknya mengobrol membicarakan investasi China pada bisnis sepatu. Lancar berbahasa Indonesia rupanya Mister yang satu ini.....

"Preseden lagi?", tanyaku.
"Hmmmmm......kayanya engga deh...", kata Kangkung sambil mengernyitkan dahi.

Begitu pasangan itu pergi dari tempat duduknya, aku pun melanjutkan obrolan.

"Yang ini sah?"
"Sah.....gayanya beda."

Aku + Kangkung saling melirik. Lalu ketawa cekikikan. Hihihihihi..........

Menunggu ga akan membosankan kalau begini caranya....:D


Kamis, 18 Oktober 2007

Ga Mau Minum Obat , Mama

Selamat lebaran semua!

Tau ga, lebaran kali ini aku dapet hadiah yang spesial banget. Pertama, alergi berat. Kedua, kehilangan suara.

Ceritanya, di pertengahan bulan puasa, bangun tidur tiba-tiba ada noda merah (seperti) bekas gigitan serangga di pipi kanan. Kenapa nih?!! Awalnya sih aku pikir ga terlalu mengganggu, agak merah sedikit tambahin aja blush-on di pipi kiri biar seimbang...hihihi. Kirain beberapa hari si titik merah akan ilang.

Tapi setelah seminggu, si noda merah ga kunjung pergi. Malahan tambah besar! Pake gatel pula! Ya ampuuun. Si noda merah bukan cuma ga mau pergi, tapi juga ngajak temen-temennya yang lain berupa bentol-bentol kaligata yang bikin mukaku jadi jelek banget!!!! Apa yang terjadi?!!! Padahal kayanya menu makanan ga ada yang aneh deh.

Bentol-bentol ini akan bertambah jumlahnya berkali-kali lipat dengan gatal-gatal yang menyiksa kalau aku berpanas-panasan dan berdebu-debuan. Hiks...hiks....Seumur hidup belum pernah deh kejadian kaya gini. Sedihnya....! Mukaku jadi kaya Shreck (minus ijo). Belum lagi komentar semua orang, " Napa muka lu, serem banget?"....Huaaaaaa!!!

Minum obat anti alergi? Hmmmm...Sebenernya aku termasuk orang yang anti sama obat-obatan. Alasannya, Ibuku termasuk orang yang kecanduan obat-obatan. Maksudnya bukan obat-obatan sejenis ecstasy, shabu dan lain-lain loh. Tapi, Ibu termasuk orang yang gampaaaaaaang banget minum obat. Ga enak badan sedikit langsung minum obat. Obatnya bukan cuma decolgen, panadol dan obat-obat bebas bernama familiar lainnya. Tapi juga obat-obatan yang namanya susah diucapin dan yang kadang-kadang cuma bisa didapetin dengan resep dokter. Emang ada beberapa orang saudaraku yang dokter, jadi untuk minta resep ga terlalu susah. Tapi kan tapi kan......

Kadang-kadang kalo diantara kami ada yang mengeluh ga enak badan, Ibu dengan sigap akan menawarkan, "Tuh minum xytrophenol, atau zonksterolx, atau cutrslenol atau mau antibiotik?" Hiiiiii sereeeeem....

"Cemilan favorit" Ibu bukan cuma obat-obatan. Tapi suplemennya juga beraneka ragam. Malah kalsium yang bisa didappat dengan minum susu pun digantikan dengan pil! Ya ampuuuun....

Makanya setelah bisa mengatur kehidupan sendiri aku jadi agak anti sama obat (abisnya Ibu yang udah minum macem-macem obat+suplemen aja masih suka ngeluh pusing-pusing dan ga enak badan hihihi). Mendingan olahraga teratur, makan teratur dan bergizi, makan buah, minum susu dan madu. No obat, no pill, NO NO.

Tapi bagaimana ini bentol-bentol yang ga kunjung ilang? Gatel-gatelnya sih bisa diatasi dengan caladyn dan herocine. Tapi rasa ademnya cuma bertahan 5 menit dan kulitku malah jadi kering gara-gara kebayakan pakai obat luar itu. Akhirnya prinsipku tergoyahkan juga. Oke deh, minum CTM. Ngomong-ngomong, baru tau tuh ada nama obat CTM. Kok namanya mirip sama jenis pupuk yak? Hihihi. Katanya obat ini ampuh untuk alergi. Tapi...no no...not for me. Setelah minum CTM pun Si Bentols ga ilang-ilang. Hiks...hiks...Jangan-jangan mukaku ga bisa mulus lagi :((.

Akhirnya begitu sampai di Bandung aku langsung minta suntikan antihistamin ke dokter Dilla ( yang masih co-ass :P). Ini bener-bener terobosan besar. Minum obat telan aja musti kalau udah kepepet, apalagi pake suntikan. Abisnya kesannya kok kaya ngobat banget gitu loh. Antihistaminnya sempet membuat bentol-bentolnya berkurang sih. Tapiiiiii....ternyata beberapa jam kemudian si bentol datang lagi!!! Huaaaaa...masa sih musti berlebaran sama bentol-bentol di seluruh wajah?!

Oke, nyerah...NYERAH!!!! Akhirnya hari Jumat, sehari sebelum lebaran, aku keliling Bandung untuk cari dokter kulit yang buka. Untungnya ada tuh, Dokter Nanda yang berpraktek di rumah sakit Santosa. Ternyata, kata dokter Nanda, bentol-bentol itu adalah radang kulit. Dan bertambah parah gara-gara aku terus mengoleskan Calladyne dan Herocyne! Oooo oooo...Calladyne, shame on you!!!! Dokter Nanda juga bilang, bisa aja radang ini muncul karena ada gigi yang bolong! O ya ya ya ya.....Hmmmm...Kapan ya terakhir check up ke dokter gigi? 3 tahun yang lalu? Padahal beberapa minggu terakhir ini di geraham belakang emang kerasa sedikit ngilu. Mungkin ini gara-garanya....

Oia, urusan gigi geligi ini biarpun kayanya sederhana tapi memang krusial loh. Untuk kamu-kamu yang lagi merencanakan kehamilan, pastiin deh ga ada lubang di gigi. Karena lubang itu akan jadi sarang kuman yang berbahaya untuk kandungan!

Akhirnya aku diberi resep obat luar dan beberapa obat telan. Ya ampun, kapan ya terakhir kali minum obat berbungkus-bungkus kaya gini? Kalo ga salah sih waktu jaman sakit cacar pas kelas 4 SD. Akhirnya pikiran skeptisku tentang obat-obatan terpatahkan juga. Karena hanya dalam itungan jam sejak menelan obat dan mengoleskan salep, bentol-bentol langsung lenyap blas! YESSSSSS! Ehm...maksudnya, alhamdulillah bisa berlebaran dengan kulit mulus :).

Tapi ternyata itu baru awal perjalanan. Karena setelah bebas dari alergi, muncullah gejala flu dan radang tenggorokkan yang sama ga menyiksanya. Gara-gara mudik lebaran nih, setelah perjalanan yang cukup panjang dengan mobil, akhirnya kami sekeluarga jadi sangat akrab. Saking akrabnya sampai-sampai waktu salah satu adikku meriang, dia dengan senang hati membagi virusnya ke anggota keluarga yang lain. Dasar!

Langsung deh ibu beraksi. Awalnya sih cuma dibagi tolak angin atu-atu. Lama-lama setiap orang wajib menegak panadol, fg troces, sampe parasetamol yang namanya asing banget dan antibiotik. Oh Momma...puh-liss.....

Aku awalnya sih keukeuh sumeukeuh ga mau minum obat kecuali tolak angin dan madu. Tapi, kok malah muncul demam sih? Kepala pusing dan batuk pun muncul. Ujung-ujungnya suara cemprengku ilang dan berubah jadi suara sexynya Mbak Kinaryosih. Hehehe...sebenernya sih ga keberatan punya suara kaya gini. Tapi ga pake sakit doooongggg....Uhuk uhuk...

Ujung-ujungnya tadi malem minum decolgen satu butir. Dan....hore...meriangnya dah ilang! Tapi tenggorokanku ga bisa mengeluarkan suara selain bisik-bisik...."Ssssh...lagi sakit tenggorokan nih....."

Jangan bilang aku musti periksa ke dokter spesialis lagi dan minum berbungkus-bungkus obat resep yang...yang...yang...ampuh sih....tapi kan.....Ya sudahlah, kalau emang begitu jalan yang harus ditempuh. Kecuali kalau aku mau tetap bersuara bak Kinar plus bonus berat badan turun beberapa kilogram karena ga bisa makan enak untuk beberapa hari. Hiks....

Doain cepet sembuh ( tanpa obat) ya.....:)

Rabu, 03 Oktober 2007

Ubud Writers Festival (3) - Writing For Children


Kirsty Murray, memang bertubuh tinggi besar, tapi liat deh kibasan rambut keriting keemasannya, atau bahasa tubuhnya, seperti menjejakkan kaki dan menyimpan kedua tangan di pipi ala Home Alone. Liat juga koper berodanya yang berwarna merah menyala mengkilap dan macbook case crumplernya (CRUMPLER!!!) yang juga berwarna sama. Dari semuanya itu udah bisa ditebak deh kalo dia adalah pengarang buku.......mmm...buku horor? Loh? Buku anak-anak kaleee...

Memang Kirsty adalah penulis buku anak-anak dari Australia yang cukup produktif. Aku belum pernah sih membaca buku-bukunya. Tapi, di antara peserta yang berasal dari Australia ia cukup populer. Beberapa bukunya sudah diterbitkan juga di luar Australia....Tapi terjemahan bahasa Indonesianya sih kayanya belum ada.

Menurut Kirsty, kita sebaiknya memfokuskan kelompok umur berapa yang akan menjadi pembaca kita. Itu akan memudahkan kita untuk mencari tema dan alur cerita. Kirsty menyarankan, apabila target kita adalah pembaca cilik berumur 1-2 tahun, tulislah puisi. Karena otak pembaca cilik masih belum terkontaminasi oleh aturan-aturan baku sehingga lebih mudah mengapresiasi puisi.

Di sesi pertama workshop ini, Kirsty memberikan latihan yang menarik: menggambar mata! dari semua peserta, ada beberapa orang yang gambarnya dianggap menarik oleh Kirsty, salah satunya Kangkung. Gambar matanya kaya gini nih:

pic by m'pri

Selain menggambar mata, latihan yang lain adalah membayangkan hidup menjadi sebuah jelly baby (permen sejenis yupi-yupian gitu deh). Masing-masing peserta diberi satu jelly baby dan dalam waktu beberapa menit kami harus mengoptimalkan kelima indra untuk membantu menghayati hidup sebagai jelly baby. Sayangnya aku + kangkung ( ma okta juga) lagi puasa, jadi setelah bertransformasi sebagai jelly baby, kami bertiga ga bisa makan si jelly baby deh...Padahal kan asik makan diri sendiri :D.


Pada pembahasan mengenai karakter Kirsty menyarankan untuk membentuk karakter yang sedetail mungkin. Berapa umurnya, apa rasnya, apa ciri fisiknya, dimana ia tinggal, bagaimana kebiasaannya dan masih banyak lagi. Katanya, jangan sangka anak-anak tidak menyukai segala sesuatu yang detail dan kompleks. Mereka suka banget! Kirsty bercerita, di saat ia sedang dalam proses menyelesaikan buku "The Secret Life of Mae Lee Kwong", ia diundang ke sebuah sekolah menengah untuk mengajar menulis kepada para siswa. Di sana, ia bertemu dengan seorang siswa yang sangat amat mirip dengan karakter yang ia tulis. Akhirnya si siswa tersebut ditawarkan untuk menjadi model di sampul bukunya. Yang menarik, fotografernya ingin siswa itu untuk berpose melompat, karena karakter di buku itu, ia diceritakan sebagai seorang pesenam. Dan ternyata, si siswa dengan senang hati melakukannya karena ia juga berlatih gymnastik dan menari 4 kali seminggu. Waw! Merinding deh...

Oia, di workshop ini aku berkenalan dengan seorang Ibu dariJerman. Ibu ini sudah cukup berumur untuk dipanggil nenek, namanya Ulla Neuman. Walaupun udah berusia lanjut, Ulla masih tetap produktif, ia telah menerbitkan beberapa buku bahasa Jerman bergambar yang menceritakan seekor ayam berwarna biru, Violet. Seusai workshop, Ulla melihatkan draft buku Violet versi bahasa Inggris yang bercerita tentang pengalaman Violet berjalan-jalan ke Bali. Gambar dan ceritanya lucuuu deh...yang unik, di setiap bukunya Ulla selalu menyisipkan resep masakan yang dimakan Violet di buku itu. Ada spageti, meatball, atau...bubur kacang item....hihihi. Selesai mengobrol, ga disangka-sangka Ulla memberikan salah satu buku Violet ke aku! Hwaaaaa!!!! Ga nyangka banget deh!!!! Katanya, "Ambil aja, lagian kalo saya bawa pulang cuma menuh-menuhin koper. Banyak barang yang ingin saya beli dari bali." Hiks hiks, aku sampe terharuuu. Danke, Ulla! Saking surprisenya aku lupa untuk minta Ulla menandatangani bukunya!!!!!!!!! Duuuuuh lupa lupa lupa!!! Bete deh! Tapi gapapa, untung Kangkung masih sempet moto aku sama Ulla...hehehe.

pic by m'pri

Ubud writers festival memang sayang dilewatkan. Terlalu banyak inspirasi, kesempatan, dan teman baru yang bisa didapat disini. Setelah festival ini, otakku jadi ga bisa berhenti mikir. Mau nulis apa ya? Mau belajar apa ya? Mau buat apa ya? Aku juga jadi ngerasa keciiiil banget dan merasa masih banyak lagi yang harus dipelajarin. Karena di festival ini aku banyak ketemu orang-orang yang hebat, dan yang membuat mereka tambah hebat adalah di atas segala prestasinya mereka tetap rendah hati, tetap mau meluangkan waktu untuk berbagi ilmu, dan ga pernah sungkan menjawab kalau ditanya.

Aku juga salut sekali dengan mereka-mereka yang udah berumur, udah pensiun dari pekerjaannya, tapi tetap melanjutkan hidup dengan berkarya. Ga pernah bosan atau merasa ketuaan untuk belajar hal baru, menuntut ilmu sepanjang hayat masih dikandung badan. Hmmmmmpppph.....

Buat kamu-kamu yang belum ikutan Ubud writers festival tahun ini, dan tertarik untuk ikutan tahun depan tapi budget terbatas, sering-sering aja ngecek websitenya. Karena lewat websitenya kita bisa juga bergabung menjadi volunteer. Asik kan bisa ikutan berbagai workshop dan event gratis. Sampe ketemu tahun depan! Insha Allah....