Rabu, 03 Oktober 2007

Ubud Writers Festival (3) - Writing For Children


Kirsty Murray, memang bertubuh tinggi besar, tapi liat deh kibasan rambut keriting keemasannya, atau bahasa tubuhnya, seperti menjejakkan kaki dan menyimpan kedua tangan di pipi ala Home Alone. Liat juga koper berodanya yang berwarna merah menyala mengkilap dan macbook case crumplernya (CRUMPLER!!!) yang juga berwarna sama. Dari semuanya itu udah bisa ditebak deh kalo dia adalah pengarang buku.......mmm...buku horor? Loh? Buku anak-anak kaleee...

Memang Kirsty adalah penulis buku anak-anak dari Australia yang cukup produktif. Aku belum pernah sih membaca buku-bukunya. Tapi, di antara peserta yang berasal dari Australia ia cukup populer. Beberapa bukunya sudah diterbitkan juga di luar Australia....Tapi terjemahan bahasa Indonesianya sih kayanya belum ada.

Menurut Kirsty, kita sebaiknya memfokuskan kelompok umur berapa yang akan menjadi pembaca kita. Itu akan memudahkan kita untuk mencari tema dan alur cerita. Kirsty menyarankan, apabila target kita adalah pembaca cilik berumur 1-2 tahun, tulislah puisi. Karena otak pembaca cilik masih belum terkontaminasi oleh aturan-aturan baku sehingga lebih mudah mengapresiasi puisi.

Di sesi pertama workshop ini, Kirsty memberikan latihan yang menarik: menggambar mata! dari semua peserta, ada beberapa orang yang gambarnya dianggap menarik oleh Kirsty, salah satunya Kangkung. Gambar matanya kaya gini nih:

pic by m'pri

Selain menggambar mata, latihan yang lain adalah membayangkan hidup menjadi sebuah jelly baby (permen sejenis yupi-yupian gitu deh). Masing-masing peserta diberi satu jelly baby dan dalam waktu beberapa menit kami harus mengoptimalkan kelima indra untuk membantu menghayati hidup sebagai jelly baby. Sayangnya aku + kangkung ( ma okta juga) lagi puasa, jadi setelah bertransformasi sebagai jelly baby, kami bertiga ga bisa makan si jelly baby deh...Padahal kan asik makan diri sendiri :D.


Pada pembahasan mengenai karakter Kirsty menyarankan untuk membentuk karakter yang sedetail mungkin. Berapa umurnya, apa rasnya, apa ciri fisiknya, dimana ia tinggal, bagaimana kebiasaannya dan masih banyak lagi. Katanya, jangan sangka anak-anak tidak menyukai segala sesuatu yang detail dan kompleks. Mereka suka banget! Kirsty bercerita, di saat ia sedang dalam proses menyelesaikan buku "The Secret Life of Mae Lee Kwong", ia diundang ke sebuah sekolah menengah untuk mengajar menulis kepada para siswa. Di sana, ia bertemu dengan seorang siswa yang sangat amat mirip dengan karakter yang ia tulis. Akhirnya si siswa tersebut ditawarkan untuk menjadi model di sampul bukunya. Yang menarik, fotografernya ingin siswa itu untuk berpose melompat, karena karakter di buku itu, ia diceritakan sebagai seorang pesenam. Dan ternyata, si siswa dengan senang hati melakukannya karena ia juga berlatih gymnastik dan menari 4 kali seminggu. Waw! Merinding deh...

Oia, di workshop ini aku berkenalan dengan seorang Ibu dariJerman. Ibu ini sudah cukup berumur untuk dipanggil nenek, namanya Ulla Neuman. Walaupun udah berusia lanjut, Ulla masih tetap produktif, ia telah menerbitkan beberapa buku bahasa Jerman bergambar yang menceritakan seekor ayam berwarna biru, Violet. Seusai workshop, Ulla melihatkan draft buku Violet versi bahasa Inggris yang bercerita tentang pengalaman Violet berjalan-jalan ke Bali. Gambar dan ceritanya lucuuu deh...yang unik, di setiap bukunya Ulla selalu menyisipkan resep masakan yang dimakan Violet di buku itu. Ada spageti, meatball, atau...bubur kacang item....hihihi. Selesai mengobrol, ga disangka-sangka Ulla memberikan salah satu buku Violet ke aku! Hwaaaaa!!!! Ga nyangka banget deh!!!! Katanya, "Ambil aja, lagian kalo saya bawa pulang cuma menuh-menuhin koper. Banyak barang yang ingin saya beli dari bali." Hiks hiks, aku sampe terharuuu. Danke, Ulla! Saking surprisenya aku lupa untuk minta Ulla menandatangani bukunya!!!!!!!!! Duuuuuh lupa lupa lupa!!! Bete deh! Tapi gapapa, untung Kangkung masih sempet moto aku sama Ulla...hehehe.

pic by m'pri

Ubud writers festival memang sayang dilewatkan. Terlalu banyak inspirasi, kesempatan, dan teman baru yang bisa didapat disini. Setelah festival ini, otakku jadi ga bisa berhenti mikir. Mau nulis apa ya? Mau belajar apa ya? Mau buat apa ya? Aku juga jadi ngerasa keciiiil banget dan merasa masih banyak lagi yang harus dipelajarin. Karena di festival ini aku banyak ketemu orang-orang yang hebat, dan yang membuat mereka tambah hebat adalah di atas segala prestasinya mereka tetap rendah hati, tetap mau meluangkan waktu untuk berbagi ilmu, dan ga pernah sungkan menjawab kalau ditanya.

Aku juga salut sekali dengan mereka-mereka yang udah berumur, udah pensiun dari pekerjaannya, tapi tetap melanjutkan hidup dengan berkarya. Ga pernah bosan atau merasa ketuaan untuk belajar hal baru, menuntut ilmu sepanjang hayat masih dikandung badan. Hmmmmmpppph.....

Buat kamu-kamu yang belum ikutan Ubud writers festival tahun ini, dan tertarik untuk ikutan tahun depan tapi budget terbatas, sering-sering aja ngecek websitenya. Karena lewat websitenya kita bisa juga bergabung menjadi volunteer. Asik kan bisa ikutan berbagai workshop dan event gratis. Sampe ketemu tahun depan! Insha Allah....







3 komentar:

  1. ikeoww...inspiring bgttt buuu^__^..
    hiks...tapi teteup aja ngiriii...wuakakakkaa...
    buka ah website resminya....kale aja taon depan bisa ya keow:p
    __erick@___

    BalasHapus
  2. atika aku tunggu buku cerita anak-anakmu yang pertama ya...

    BalasHapus
  3. erick: sok atuh tau depan ikutan..sok sok sok sok....

    prabham: amieen amieeen doain yaaa!:)

    BalasHapus