Senin, 01 Oktober 2007

Ubud Writers Festival (2) - Writing Across Media

Deepika Shetty mungkin adalah perempuan mungil dengan penampilan sederhana dan karakter yang rendah hati. Tapi jangan salah, beliau adalah jurnalis handal yang pernah bekerja di The Times of India, dan kini bekerja di Singapura sebagai Produser berita untuk Prime Time Morning di News Asia dan juga memproduseri acara Off The Shelf.

Hari itu aku kepagian. Beberapa menit setelah aku sampai di bale-nya Ananda Cottage, Deepika pun muncul. Tangannya penuh dengan beragam peralatan, seperti kamera video (berukuran medium), handycam, tripod, juga beberapa tumpuk handout yang nantinya akan dibagikan. Kamera video? Masuk tivi dooong?!!! Asiiiiiiiiik! Hohohoho...

Peserta workshop kali ini didominasi oleh kaum muda. Walaupun ada juga peserta yang sudah berumur, dengan rambut dan janggutnya yang putih, beliau masih bersemangat untuk mempelajari hal baru. Aku salut sekali! Mencari ilmu emang ga boleh dibatasi oleh usia kan?

Setelah seluruh peserta berkumpul, workshop pun dimulai. Sesi yang pertama adalah pembahasan mengenai media cetak. Di awal sesi, Deepika memulai dengan menceritakan pengalamannya di saat awal-awal menulis untuk media. Upah pertama yang ia terima adalah US$ 8 saja. Pernah juga pada suatu hari artikelnya dirobek di depan matanya oleh sang dosen. Karena pada saat itu Deepika menulis hanya untuk mengejar setoran gaji dan hal itu terlihat dari tulisannya yang tidak bernyawa. Sang dosen berpesan, " Never ever write for the sake of writing alone. Writing has a larger purpose to serve." Sebuah pesan yang sangat membekas baginya, sampai-sampai hingga saat ini ia masih ketakutan untuk bertemu Sang Dosen. Apa kira-kira komentarnya setelah membaca tulisan-tulisannya sekarang? Begitu pikirannya.

Oleh karena itu ga heran kalau Deepika juga menyisipkan di workshopnya contoh-contoh penulisan headline yang fatal, asbun dan lebih gawat lagi, diterbitkan! Salah satunya : 'Bom Meledak di Sebuah Pemakaman, 100 Orang Meninggal Dunia'. Wakakakakak!!!!!! Deepika berpesan untuk berhati-hati dalam menulis untuk media cetak, karena kesalahan yang terjadi akan terpampang dalam waktu yang sangaaat lamaaaa....Hmmmmm.

Setelah itu kami diarahkan untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 orang. Setiap kelompok akan melakukan simulasi apa yang terjadi pada saat rapat antara penulis dengan editor. Salah seorang berperan menjadi editor dan yang lainnya berperan sebagai penulis yang akan mengajukan proposal topik yang akan diangkat sebagai headline dalam waktu yang terbatas. Dari seluruh topik yang diusulkan hanya akan ada satu topik yang dipilih oleh editor. Waktu yang dimiliki oleh editor untuk memilih topik adalah 2 menit saja. Ternyata susah juga mengeluarkan ide-ide dengan tenggat waktu yang terbatas. Sehingga ketika simulasi berakhir dan Deepika bertanya :

"Did you find it difficult to assure the editor in the limit of time that i gave you?"

Tentu aja jawabannya adalah: Yes!

Ternyata Deepika menjawab,

"Well, I'm telling you what, in the real life, that was a luxury! In the real life, editors are almost untouchables, maximum you only have 30 seconds to propose your ideas to them..."

Waw!!

Lalu para 'editor' membacakan masing-masing topik yang telah mereka pilih, Deepika pun langsung menggambarkan draft layout yang sesuai untuk masing-masing topik, lengkap dengan posisi iklan yang akan ditampilkan. Ia menjelaskan, mengapa setiap topik yang berbeda harus memiliki layout yang berbeda pula. Bagaimana memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada pembaca dalam ruang yang terbatas. Aku baru sadar, ternyata menarik sekali ya dunia jurnalisme itu. Butuh keahlian dari berbagai bidang ilmu untuk dapat menghasilkan sebuah karya yang layak diterbitkan kepada pembaca.

Sesi yang kedua adalah pembahasan mengenai media televisi. Asiiiik, kayanya ini nih bagian shootingnya. Hihihi. Bener aja, tiap-tiap kelompok ditugaskan melakukan simulasi talk show. Topik yang dibahas adalah film Black Diamond versus kontroversinya. Setiap kelompok bebas menentukan format acara dan peran masing-masing orang. Yang penting, acara berlangsung ga lebih dari 2 menit. Hasil shooting 'disiarkan langsung' di layar tancep (apa ya nama kerennya?) di depan kelas. Di sini baru ketawan semua orang sadar kamera. Begitu ngeliat kamera pada semangat deh! Makanya simulasi ini berlangsung seru. Ada yang berperan sebagai presenter, sebagai pengusaha berlian, demonstran, dan banyak lagi. Seusai simulasi, Deepika memberikan beberapa masukan dan tips tentang bagaimana tampil di depan kamera. Mulai dari pemilihan kalimat hingga bahasa tubuh yang digunakan.

Sesi yang terakhir adalah pembahasan media yang menjadi favorit Deepika : B-L-O-G. Ini mah favoritku juga! Agak suprise ketika banyak peserta yang masih belum terlalu familiar dengan media yang satu ini, namun Deepika dengan tetap bersemangat menjelaskan. Beliau juga memberikan beberapa contoh blog yang cukup powerful dan menarik ribuan pembaca dari seluruh dunia, salah satunya adalah My Marrakech. Maryam, sang webmaster, adalah orang Amerika yang tinggal di Marrakech, Maroko. Di blognya, beliau berhasil mengenalkan Marrakech ke seluruh dunia. Bahkan ketika di blognya ia bercerita akan menjual villanya yang pada saat itu belum selesai terbangun, tiba-tiba, ia mendapatkan belasan pembeli yang tertarik untuk membelinya. Villanya aja belum ada!

Deepika juga menceritakan pengalaman pribadinya tentang kekuatan blog yang membawanya berkenalan dengan banyak penulis terkenal karena ia mereview buku penulis tersebut lewat blognya. Mereka sangat berterimakasih dan akhirnya berkawan akrab dengan Deepika.

Ya Deepika, memang media blog itu bikin kecanduan ya? Sekali ngeblog, ngeblog trusssssss.....:D.

Jadi, kira-kira kapan ya aku muncul di tipi untuk ngebawain acara talk show? huehehehehe.....



2 komentar:

  1. then the producer said..well....talk show..I don't think so (mean, absolutely no), Dubber...! for a cartoon series.

    BalasHapus