Senin, 01 Oktober 2007

Ubud Writers Festival (1) - Translation Workshop


Tanggal 25-30 september 2007 lalu ada hajatan besar di Ubud. Ubud Writers Festival 2007. Disini adalah saat-saat dimana penulis-penulis internasional 'turun gunung' dan berkumpul di Ubud untuk saling berbagi kabar, cerita dan pengalaman.

Sebelumnya acara ini sudah beberapa kali diselenggarakan, tapi, baru kali ini aku tertarik untuk berpartisipasi mengikuti beberapa programnya. Dua setengah tahun tinggal di Bali, ga sopan lah ya kalo ga ikutan :D. Program-program yang ditawarkan sangat beragam dan menarik. Ada peluncuran buku, meet the writers, workshop, story telling dan masih banyak lagi. Kali ini, aku tertarik untuk mengikuti beberapa sesi workshop. Cuma ikutan workshopnya aja udah bingung mau pilih topik yang mana. Kalo satu orang bisa berada di dua tempat bersamaan, kalo ga ada kerjaan lain, kalo ga disibukkan dengan kesibukkan Ramadan, pengennya sih ikutan semua ya....Karena semuanya dibawakan oleh narasumber yang kompeten di bidangnya, dengan topik-topik yang membuat penasaran dan biayanya untuk peserta lokal pun relatif murah, antara 100-150 ribu rupiah persesinya. Tapi setelah ditimbang, diamati dan dicermati, akhirnya aku memutuskan untuk cuma ikut 4 sesi workshop: Translation Workshop bersama John Mcglynn, Writing Across Media bersama Deepika Shetty, Life in the Road bersama Adam Skolnick, dan Writing for Children bersama Kirsty Murray.

Gimana cerita komplitnya? gini nih...

ps. untuk cerita workshop Life on The Road bersama Adam Scolnick, kangkung udah nulis panjaaaaaaaaaaaaaaaang di blognya. Silakan dibaca disana :).

Translation Workshop bersama John Mcglynn

John Mcglynn adalah translator yang sudah berpengalaman lebih dari 30 tahun menerjemahkan karya-karya sastra bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris. Beberapa di antaranya adalah karya-karya dari Pramoedya Ananta Toer. Beliau juga menjabat sebagai direktur Yayasan Lontar di Jakarta.

Beberapa minggu sebelum workshop ini diadakan, John mengirimkan pe-er via email ke masing-masing peserta. Setiap peserta mendapat jatah menerjemahkan dua buah cerpen mini yang terdiri dari kurang lebih 100 kata aja. Cerpen yang harus diterjemahkan berbeda antara peserta yang satu dengan yang lainnya. Kedengerannya sih ringan ya? Tapiiii......buset deh, beberapa cerpen ditulis dengan bahasa slank berat, malahan ada juga yang berbahasa sunda segala! Gubrag!!!! how am I suppose to translate this?

Akhirnya setelah jungkir balik buka buka kamus ( dan asistensi sama kakakku tercinta, hehe, tengkyu sis), selesai juga deh nih pe-er. Di cover letter aku curhat ke Pak John : 'pe-ernya susah banget! please deh, John...' hihihi

Di hari Hnya, seluruh peserta dikumpulkan di Taman Indrakila, Ubud. Dengan latar belakang pemandangan sawah terasering yang indah workhop pun dimulai. Separuh dari peserta adalah orang asing yang tentunya cukup fasih berbahasa Indonesia. Malah salah satunya adalah translator profesional, Pam Allen, yang pernah menerjemahkan novel Saman karya Ayu Utami ( kalau Cika di kelas workshop yang berbeda malah ketemu langsung sama Ayu Utami-nya yang menjadi peserta juga). Aduh, aku ngerasa amatiiiir sekali. Tapi justru karena itu aku ikutan di workshop ini bukan ? Untuk nyuri ilmu sebanyak-banyaknya dari narasumber dan dari peserta lainnya.

Pada saat workshop, John menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menerjemahkan suatu karya sastra berbahasa asing. Yang pertama adalah urusan teknis, memilih literatur seperti apa yang pantas diterjemahkan, menghubungi sang pengarang, urusan kontrak dan hak cipta, dan langkah-langkah lain yang harus dipertimbangkan sebelum kita mulai menerjemahkan karya tersebut.

Yang kedua adalah bagian bersenang-senang: menerjemahkan. Pada proses penerjemahkan suatu karya asing, tentunya akan banyak timbul pertanyaan karena perbedaan budaya, gaya penulisan, dialek dan sebagainya. Pada karya sastra indonesia, kata-kata slank dan dialek sangat sering muncul. Bagaimana menerjemahkannya? Bagaimana menerjemahkan 'elu' sementara di dalam bahasa Inggris tidak ada kata ganti slank untuk 'you'. Apa kata ganti yang tepat untuk 'Om-om' atau 'Tante-tante' di bahasa Inggris? Karena format workshop ini sangat interaktif, peserta dapat menginterupsi kapan saja untuk bertanya, berbagi pengalaman atau memberikan pendapatnya sehingga akhirnya kelompok workshop ini lebih menyerupai kelompok diskusi dengan beragam masukan-masukan yang segar dan pertanyaan-pertanyaan yang kocak yang timbul karena perbedaan bahasa.

Penasaran apa aja yang kami diskusikan? Salah satunya adalah cerpen mini karya Laila Achmad. Berjudul melahirkan:

Aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aaah aah!!! Nakku...

Bagaimana kamu akan menerjemahkan cerpen ini ke dalam bahasa Inggris? Karena waktu John ditanyakan hal yang sama, beliau cuma bilang "I dont know". Huuuuh!



2 komentar: