Senin, 24 Agustus 2009

Batik Booties

Minggu lalu, Bu Nengah, tetangga kita melahirkan anak keempat sekaligus putra pertamanya. Jadi sekarang keluarga Pak Nengah udah lengkap deh anaknya dari Putu sampai Ketut. Bu Nengah bisa stop hamil sekarang....atau... mau mulai ronde kedua? Hwahaha...

Biar ga nengok dengan tangan kosong, bikin sepatu bayi lagi ah...Udah coba belum pola sepatu ini? Menyenangkan loh....Bahan yang dipake dikiiiit banget, jadi bisa pake sisa-sisa terakhir kain perca di rumah. Jangan terintimidasi sama bentuknya yang imut-imut. Ngejahitnya ga susah kok....

Kali ini aku pake kombinasi kain perca batik sama blacu putih ah...Supaya agak-agak manly gituh, kan anaknya cowo :) .... Nah ini dia jadinya....

Uhuhuhuhu....Kawaii ne ?!!

Buat hiasannya, aku pake fabric yoyo dari bahan blacu yang sama, trus potongan batik yang dilapisin kain keras supaya serat kainnya ga brudul plus kancing bekas cabutan dari celananya M'pri yang udah sobek dan ga bisa dipake lagi. Total belanja buat bahan : Rp. 0,00 :D.

Sekarang ayo kita bungkus!

Kertas kadonya juga ga beli loh. Ini kertas kado bekas ngebungkus oleh-oleh dari Bangladesh. Lucu deh kertasnya. Sebenernya ini cuma kertas coklat biasa yang disablon manual pake cat putih. Kertas ini udah berbulan-bulan disimpan sambil menunggu saat yang tepat untuk di-reuse. Akhirnya saat itu datang juga!! *lebay*

Kamis, 20 Agustus 2009

Marhaban Ramadhan, Bye Bye Remnants


Seperti biasa, setiap menjelang Ramadhan, kesibukan beres-beres rumah dimulai. Dan seperti biasa juga, setiap acara beres-beres rumah selalu ada sesuatu yang bikin hatiku gundah gulana, dilema, bingung, galau dan sakit kepala *sibuk*. Sesuatu yang bikin bingung itu apalagi kalau bukan penyakit 'compulsive hoarding' yang bikin aku selalu kesulitan membuang barang-barang bekas. Uuuugh makanya rumah ga bisa rapih! Hihihi alasan. Nah topik 'compulsive hoarding' kali ini adalah kain-kain perca. Hmmmm...Untungnya aku udah punya solusinya. Eits sabar, silakan baca sampai selesai ya :).

Kain-kain perca emang selalu bikin para crafters bingung. Cara paling gampangnya sih dibuang aja atau kasih ke pemulung. Tapi rasanya ga tega. Lagian itu juga ga bakal nyelesein masalah. Ujung-ujungnya cuma jadi sampah. Padahal kain-kain itu motif dan bahannya bagus-bagus loh. Tapi kalau ga segera disingkirkan pasti lama-lama rumah akan ketimbun sama tumpukan kain-kain perca. Karena urusan belanja kain baru pun jalan terus, betul? ;)

Beberapa minggu yang lalu aku mencoba merapikan kain-kain perca ini dan ujung-ujungnya malah tambah frustasi karena volumenya yang buanyaaak dan bentuknya yang ga beraturan. Aaaaaagh....Aku ga mau liat kain-kain ini lagi. Berarti kain-kain ini harus dihabiskan! Titik! Berarti aku harus membuat sesuatu dari kain-kain ini, dan ga boleh beli kain lagi sampai kain-kain yang ada habis. Hiks hiks...padahal bulan depan kan mau pulang ke Bandung dan kain-kain di sana murah-murah. Aku pasti ga tahan untuk ga belanja :((.

Makanya, ayo dong mulai proyek kain percanya! Hmmmm...aku pikir-pikir kriteria proyek kain perca ini harus yang super simpel dan super gampang, supaya menjahitnya cepat dan kain-kainnya cepat habis. Terus setelah barangnya jadi, mau disalurin kemana ya? Apakah dijual, atau dihadiahkan ke teman/saudara, atau disumbangkan aja? Akhirnya setelah brainstorming lumayan lama, sang ilham datang juga. Kesimpulannya, kain-kain ini akan aku upcycle menjadi tempat pensil, yang setelah jadi akan diisi dengan stationary, terus....dibagi-bagiin deh ke yang membutuhkan. Sip!!! Aku suka ide itu!

Kebetulan, untuk stationary-nya pun aku ga perlu beli, karena Naomi-chan punya banyak stok donasi stationary dari teman-teman di Jepang. Waktu aku cerita tentang ide ini ke dia, Naomi juga langsung setuju. Malah Naomi juga ngusulin supaya aku buat target jumlah tempat pensil yang akan dibikin supaya bisa dibuat nama 'gerakannya'. Contohnya : 'Gerakan 100 Tempat Pensil' ; atau bisa juga disesuain sama HUT RI: 'Gerakan 64 Tempat Pensil'. Hohohoho asal ga disesuain sama jumlah tahun hijriyah aja : 'Gerakan 1430 Tempat Pensil'....Bisa pingsan!

Sayangnya, aku blom bisa nentuin berapa banyak jumlah tempat pensil yang akan aku bikin. Karena aku cuma bisa bikin di waktu-waktu luang aja. Tapi yang pasti, setiap hari selalu ada jadwal membuat tempat pensil. Waktu favoritku biasanya malam sebelum tidur. Untungnya aku udah married, jadi mitos orang-orang jaman dulu yang bilang ngejahit malam-malam bikin susah jodoh udah ga berlaku lagi deh. Wakakakkkk.....

Oia, tempat pensil yang aku buat modelnya sederhana banget kok. Sebenernya sih ini 'drawstring bag'. Aku pilih model ini karena membuatnya gampang banget, dan ga butuh aksesoris macem-macem. Kamu juga bisa bikin! Sebenernya memang itu tujuannya aku nulis artikel ini, untuk membagi ide supaya para crafter lain membuat proyek yang sama.

Ga usah melulu tempat pensil kok, bisa juga proyek-proyek sederhana lain seperti tote bag, atau mungkin baju bayi, atau selimut, atau yang lainnya. Intinya, kain-kain bekas kita ga terbuang menjadi sampah dan malah bermanfaat untuk orang lain. Mumpung bulan ini adalah bulan Ramadhan dimana seluruh amal baik dilipatgandakan ganjarannya. Pastinya kita ingin memperbanyak amal ibadah di bulan ini kan?


What do you think? Quote dari rumah makan padang :
" Kalau kamu ga suka bilang sama saya, kalau kamu suka bilang sama orang lain." :)

Kalau kamu suka dan ingin memulai proyek yang sama, ada beberapa tips yang mungkin berguna:

- Mulai dengan Basmallah, supaya niat kita murni ibadah lillahita'ala.
- Sortir bahan-bahan katun lebih dulu karena bahan katun paling mudah dijahit, terus sortir berdasarkan warnanya.
- Potong-potong sekaligus banyak, ukuran drawstring bag yang aku buat bervariasi tergantung potongan kain yang ada. Kira-kira ukurannya cukup untuk panjang pensil/pulpen.
- Mulai jahit kantung-kantung yang warnanya sama sampai selesai, baru pindah ke warna lain. Jadi ga usah terlalu sering gonta-ganti benang di mesin jahit.
- Oiya, buat kombinasi warna yang menarik dan buat serapih mungkin. Lagian, apa asiknya buat barang yang ga bagus :).

Daripada sambil puasa cuma tidur, atau nonton sinetron Ramadhan yang ga jelas, atau ga ngapa-ngapain, mending bikin ini yuk!

Senin, 13 Juli 2009

Baby Booties Part 2

Bulan Juli = bulan kelahiran bayi-bayi.

Setelah tanggal 5 kemarin kakakku melahirkan bayi laki-laki pertamanya *welcome my nephew!*, hari Sabtu kemarin tetanggaku juga melahirkan anak perempuan keduanya. Congratulation!

Saatnya beraksiiiiii...Ayo bikin kado!

Buat keponakanku tercinta Tante bikinin gendongan bayi sama dua kimono bayi yang lucu-lucu yaa. Sayang ga sempet difoto...Tapi lucu kok hasilnya, percaya deh..;)

Buat tetanggaku aku bikinin sepatu bayi aja deh. Kan udah pernah buat tuh sebelumnya, jadi sekarang ga terlalu lama ngebuatnya, cuma sekitar satu setengah jam aja. Aku bikin tadi malem sebelum tidur dan langsung dikasihin pagi ini. Bahannya bener-bener bahan sisa. Aku sampe heran sama bahan katun pink totol-totol ini, kayanya udah dijahit jadi berbagai macam barang tapi tetep aja ga habis-habis. Kain ajaib! Itulah enaknya bisa ngejahit, bisa make perca-perca sampe titik darah penghabisan. Itu sama dengan penghematan, betul Buuu?

Supaya lebih C-U-T-E ditambahin button simpul-simpul Jepang. Kalo bahasa Jepangnya ini namanya simpul kagome. Aiiiiih lutunaaaaaa....Biar bikinnya cepet tapi aku cukup puas dengan hasilnya. Seengganya tumpukan perca-perca di ruang jahit lumayan berkurang sedikiiit...Ini jadinya....TA DAAAAAA.....


....dan ini bungkusnya....Pake kertas krep *sisa*, tag dari kertas concord *sisa*, dan potongan kecil pita *sisa*. Yes I am cheap, so sue me! :P

Minggu, 12 Juli 2009

Green Weekend Project

Since you cannot be destroyed......

...............so I turned you into cosmetic pouch instead....

KAZAM!

This easy and fun weekend project give those pesky used plastic bags a second and more meaningful life. The cosmetic pouch I made was made from 100% recycle plastic bag except for the zipper and bougenville flowers for embelishment. I really loooove it...!!! So you, people, should give it a try! Click here for a complete tutorial.

Senin, 01 Juni 2009

Muslim Clerics, Facebook, and the Post’s Hidden Agenda

Aku ngerasa punya kewajiban moral untuk meneruskan email ini.....
__________________________________________________

Teman-teman, 3 hari yang lalu saya menulis surat ini dan kirim ke Jakarta Post. Saya berniat protes atas berita miring dari Associated Press yangdiangkat dan masuk Jakarta Post selama beberapa hari. Berita heboh tentang Facebook muncul setelah sebuah forum kecil di Kediri membahas baik-buruknya situs jaringan sosial seperti Facebook, dan bahas apa lebih baik diharamkan atau tidak kalau digunakan secara berlebihan dan tidak benar. Ternyata berita ini di Republika dan Kompas cukup jauh berbeda dengan Associated Press dan Jakarta Post yang mengatakan 700 kyai/ustadz (lalu besoknya menjadi 1.700 kyai) berkumpul untuk membahas beberapa perkara, dan kemudian membuat fatwa bahwa Facebook haram.

Tapi di Kompas, dijelaskan bahwa ini hanya sebuah forum kecil antar pesantren yang dihadiri oleh 700 SANTRI dan nama 3 kyai disebut sebagai perumus makalah yang dibahas.

Saya kirim surat ini dalam bahasa Inggris ke Jakarta Post untuk memprotes sikap mereka yang selalu menghujat dan meremehkan Islam dengan sengaja, seakan-akan Jakarta Post lebih tahu Islam yang baik seperti apa (= Islam Liberal), dan mereka punya program tersembunyi untuk menjelekkan nama baik Islam dan menggantikannya dengan Islam Liberal.

Saya dapat balasan dari Jakarta Post yang mengatakan bahwa isi dari surat saya “akan dibahas secara internal saja”, atau dalam kata lain, mereka tidak mau menerbitkannya. Sayang sekali. Setiap hari, Readers Forum dipadati dengan surat, email dan bahkan sms dari pembaca yang membahas berbagai isu. Forum untuk tukar pikiran ini sangat bagus dan jauh lebih baik dari forum“surat pembaca” di dalam koran lokal yang lain. Sayangnya, tidak semua suratberhasil masuk. Silahkan baca.

Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Gene

########

(Jakarta Post declined to publish this)

Letter for publication in Readers Forum

*Muslim clerics, Facebook, and the Post’s hidden agenda*

Over the past few days, I have been saddened at the continuous distortion of the news in the Jakarta Post. It started on the front page last Thursday with an item from the Associated Press (AP) which stated that 700 clerics were considering an edict [fatwa] to ban Facebook, as it might be used for illicit sex or flirting (Post, 21 May).

On Saturday, the Post said that “many were shocked” to learn that “1,700 Muslim clerics of Nahdlatul Ulama (NU)” had actually banned Facebook (Post, 23 May) and then this issue made the front page yet again on Sunday (Post, 24 May). On Monday, the issue finally left the front page, moving all the way back to page two (Post, 25 May).

So what’s the problem? The problem is essentially that this is not “news” but rather carefully constructed sensationalism that I believe was created to serve an unstated agenda. The Indonesian newspapers Kompas and Republika, that also carried this story from the AP, revealed that the gathering in Kediri, East Java, actually consisted of 700 “students” from Islamic boarding schools for girls. They had gathered as part of a regular activity
to discuss Islamic issues.

Kompas lists the names of only “three” Islamic clerics in attendance (and says a few others were present, without giving their names). It also says that these 3 real-life Muslim clerics (not 700, and not 1,700) created the list of questions for everyone to discuss in the forum. So, the real news (if you can call it news) was that 3 Muslim clerics created several questions for some boarding school students to discuss (as a regular academic exercise), and one question was about the possible inappropriate use of sites such as Facebook. That’s all.

However, when the AP and the Jakarta Post had finished distorting this non-event, the impression given is that either 700 or 1,700 “clerics” (not school students) wanted Facebook banned immediately. However, the “real news” carried by Indonesian newspapers, and also shown on Indonesian television, was merely a gathering of school students who were discussing
topical issues in the privacy of their boarding school forum.

Is that what the Associated Press and the Jakarta Post consider a major news event deserving front-page coverage? How does such an insignificant forum of students end up becoming so heavily distorted and placed at the front of the Jakarta Post several days in a row? What is the real agenda here?

From observing the direction of Jakarta Post articles over several years, I have noticed a strong desire to sideline mainstream Islamic thought and promote irregular Islamic teachings that are not representative of the Indonesian Muslim population, or the overwhelming majority of ordinary clerics here. Rather than serving as a gateway for foreigners to learn about
Muslim culture in Indonesia, the Jakarta Post prefers to decide unilaterally what Islam “should be like”, and then promote that idea of alternative Islam (specifically “liberal Islam”) at every opportunity. Thus, anything which doesn’t fit in with that agenda needs to be twisted, distorted,
sensationalized, smeared and then scorned as if somehow mainstream Islamic thought (that is followed by almost 1 billion people) is some sort of naughty child that needs a good spanking from the Post in order to be corrected.

It is unfortunate and saddening that the Post continues to do this. I would be prouder of the Post if the editors maintained a neutral and more balanced approach to Islamic issues, and used the Post’s considerable influence to educate and enlighten others, and open doors so that non-Muslims could learn more about Islam as it is currently practiced by ordinary Muslims. If the Post continues to pursue an unstated agenda to demean mainstream Islamic teachings then the Post will continue to disappoint ordinary mainstream Muslims who expect a higher standard journalism.

Gene Netto

Jakarta, Indonesia

25 May, 2009

Senin, 18 Mei 2009

Fun Day at Bali Zoo

Aiiiih senengnya weekend kemarin jalan-jalan ke Bali Zoo. Sebenernya lokasi Bali Zoo ini deket banget sama rumah, cuma sekitar 15 menit-an, tapi baru kesampaian jalan-jalan ke sana hari Sabtu lalu. Hmmm...kemana aja, Bu?

Di Bali, emang cukup banyak tempat wisata yang bertemakan fauna. Ada Bali Bird Park dan Reptile Park *deket rumah juga*, Elephant Taro Park, Marine and Safari Park ( cabangnya taman safari di Bali), dan Bali Zoo ini....Hmmm, ada yang belum kesebut ga ya? Dari semua yang udah disebut itu, tiket masuk ke Bali Zoo-lah yang paling murah. Untuk pemegang KTP, Kitas, atau Kipem Bali, tiket masuknya cuma Rp. 35.000,00 aja. Buat yang dari luar Bali, kamu harus bayar Rp. 55.000,00. Makanya kalau mau ke Bali Zoo ajak aku ya....Nanti dapet tarif lokal deh...:D.

Dibandingin kebun binatang lain yang pernah aku datengin ( Bonbin, Bandung - Ragunan, Jakarta - Gembiraloka, Jogja), Bali Zoo ini relatif lebih kecil ukurannya. Tapi biarpun kecil, Bali Zoo tertata lebih cantik, lebih interaktif, dan kayanya binatang-binatang di sini juga lebih terawat dan sehat deh....Di kebun binatang lain, pengunjung bisa seenaknya ngasih makan binatang dengan ga bertanggung jawab. Konon katanya pernah tuh kuda nil di Bandung mati gara-gara ada yang ngelempar bola tenis ke mulutnya yang lagi terbuka lebar. Dasar psycho!

Kalau di Bali Zoo, staff kebun binatang menjual makanan khusus yang pasti aman untuk para binatang. Kalaupun kita ga mau membeli makanan dan ga bisa memberi makan langsung, dijamin jalan-jalan ke Bali Zoo tetap ga akan membosankan. Di sini banyak binatang yang dilepas bebas, jadi kita bisa langsung mengelus-elusnya. Ada juga animal show dan 'meet and greet with the zoo stars'. Bisa menggendong ular, anak macan, kuskus dan lainnya. Uuuuuh menyenangkan deh! Apalagi dari dulu memang aku pengen banget bisa menggendong anak macan atau singa. Mereka lucu dan ngegemesin seperti anak kucing raksasa. Aku pengen punya satu!

Bali Zoo, Bali Bird Park, dan Reptile Park udah....sekarang tinggal Taro dan Marine and Safari Park nih. Kapan ya?*wink wink*

Bayi macan ini umurnya baru satu bulan, jadi ga bisa digendong gantian...cukup dielus-elus aja ya....


Kuskus malu-malu ini imut-imuuuut banget...

Pet the Deer. Ga galak kok, anteng banget malah...

Impian masa kecil akhirnya kesampaian juga!

Bintarong yang ga bisa diem! Sibuk pindah dari satu bahu ke bahu lain buat cari pisang...

Di sini bisa juga loh kasih makan singa ...

Angkat beban pake iguana setiap hari pasti bikin bisep jadi kekar...

Kesempitan di dalam ayunan...

Crocs, my favourite shoes! Eh ini mah si Rossy, buaya muara penghuni Bali Zoo. Umurnya udah 5 tahun tapi masih imut yak...

Senin, 11 Mei 2009

Green Arisan

Fffuuih akhirnya hari Minggu lalu sukses juga ngegelar acara arisan di rumah. Arisan pertamaku looo :). Temanya : green arisan.

Intinya, arisan ini musti memakai sedikit mungkin plastik atau sampah-sampah yang sulit terurai lainnya. Hooooh sibuk yak? Gara-garanya waktu ikutan beberapa sayembara Green Architecture beberapa waktu lalu, mau ga mau harus baca tentang isu-isu lingkungan dan global warming. Jadi dari pengetahuan yang ada, kayanya ga etis kalau cuma diaplikasiin di sayembara aja buat menangin awards aja, tapi ga diaplikasiin di kehidupan sehari-hari. Ga keren, kan?

Jadi gini nih rincian 'green arisan' hari minggu lalu:
- Ga pake air mineral gelas plastik. Ini berarti aku musti beli gelas baru karena di rumah cuma punya gelas hadiah dari susu langganan *malu-maluin :D*. Tapi ternyata harga gelas ga terlalu mahal kok. Yang harganya 900 perak juga ada. Aku akhirnya beli yang bentuknya agak manis dengan harga 2400 rupiah plus gelas plastik ( bukan disposable) buat tamu anak-anak. Belum lagi Naomi-chan minjemin koleksi gelasnya juga....Arigatou, Naomi chan!

Nah, karena pake gelas aku bisa siapin welcome drink yang spesial. Kemarin aku nyiapin jus semangka, bikinnya gampang *tinggal blender*, sehat, murah dan semua orang suka. Kulit semangkanya juga ga kebuang sia-sia karena Gula dan Knil suka banget. Kalau jusnya udah habis diminum dan tamu-tamu pengen nambah air putih, gelasnya isi aja lagi pake aqua galon. Minim sampah kan? ;P

- Akhirnya menu makanannya bikin semua, kecuali tahu isi yang udah di-kaul-in bakal pesen dari Bu Anang. Karena dipikir-pikir kalau beli biasanya makanannya dikemas di kantung plastik/styrofoam/you name it. Sementara kalau bikin pastinya bakal lebih menghemat kantung-kantung itu. Lagian aku juga ga pengen ngelebihin budget konsumsi 150 ribu ( buat kurang lebih 30 orang) . Soooo....si mbak turun gunung deh...eh turun dapur kali yak?

Kaya yang udah diceritain, buat menu arisan ini aku mau bikin asinan. Alasannya, resep asinan ini super gampaaaaang, udah pernah dicoba dan....ga butuh deket-deket kompor hihihi ( butuh deng buat bikin bumbunya).

Hmmm tapi kayanya masih kurang nih. Aku butuh juga nih cemilan yang rasanya manis buat nemenin tahu isi. Nominasinya adalah antara pisang aroma atau bola-bola coklat. Dua makanan yang rating kesusahannya 'very very very very easy'. Akhirnya pemenangnya adalah.....pisang aroma. Karena aku belum pernah liat ada orang jualan pisang aroma di Bali. Jadi aku prediksiin bakal laku nih si pisang aroma. Emang sih butuh ngegoreng *which I don't like to do*. Tapi kalo cuma ngegoreng pisang aroma mah kayanya minyaknya ga bakal terlalu nyiprat kemana-mana. Cingcai laaaah....

Semua bahan makanan yang mau dimasak di beli di pasar tradisional. Jadi aku bisa bagi-bagi rejeki langsung ke banyak orang ( tapi aku ga nyoblos Gerindra kok pemilu lalu....mmmmmm aku malahan ga nyoblos sama sekali hahaha). Belanjanya pake tas belanja dong biar ga boros plastik. Plastik cuma dipake buat bahan makanan yang super kecil seperti taoge atau cengek. Tuuuh kan kalau makanannya bikin sendiri jadinya lebih green. Oia, aku belanja juga deng ke supermarket, beli kulit lumpia sama serbet kertas. Jadi, aku ngebuang sampah plastik dari: kantung taoge, kantung cengek, kantung kacang, kantung kulit lumpia, kantung kerupuk sama kantung serbet. There...Hope it wasn't too much.

Satu lagi, tahu isi dari Bu Anang juga dikirim ke rumah pakai baskom bukan pake wadah disposable. Dan... karena rumahnya deket dianterinnya juga dengan berjalan kaki. Jadi ga ngehasilin polusi kan?

Kayanya kalau ada sayembara buat green arisan aku bisa kepilih jadi nominasi deh :).

Setelah beberapa minggu lalu aku kebingungan cari wadah buat asinan, akhirnya aku mutusin buat beli mangkok aja lah *jangan kaya orang susah banget gitu :D*. Lagi-lagi ternyata harga mangkok juga ga terlalu mahal, cuma 1700-an...wiwwww. Kalau sendok sih ga usah beli karena dapet pinjaman juga dari Naomi-chan...horeee.

Emang sih ujung-ujungnya musti cuci piring. Tapi ternyata nyuci piring dengan jumlah banyak ga terlalu mengerikan kok, kan pake sunlight *iklan*. Catet: waktu nyuci airnya jangan boros yak...Nanti ga green lagi...:DNaaah pas hari H-nya...Eng ing eng....Rumah kita tampak lebih rapih dan bersih dibandingin hari-hari biasa *yang emang jarang dirapiin dan dibersihin :P*. Kelinci-kelinci juga buat sementara disembunyiin dulu di lokasi yang aman supaya ga dijailin sama tamu anak-anak. Aku agak khawatir ga banyak yang datang karena hujan. Tapi ternyata engga tuh...Yang datang lumayan banyak, sekitar 20 orang ( dari 30 peserta) belum lagi anak-anaknya. Yeaaaa!!!

Begitu ibu-ibu disuguhin asinan + jusnya, mereka semua memuji rasa asinannya yang katanya sedap banget. Waw...aku jadi berasa jago masak deh...hahaha. Belum lagi waktu mereka penasaran sama si pisang aroma. Tuh kan bener, pisang aroma masih belum beken di sini. Yang kekenyangan makan di tempat, boleh kok ngebungkus. Tapi ga pake kantung plastik ya. Yang mau ngebungkus cemilannya silakan dibungkus pake serbet kertas, dan yang mau bawa asinan, bawa aja sama mangkuk-mangkuknya. Jangan lupa dikembaliin okie ;)?

Sebenernya aku pengen nyediain besek kecil-kecil buat ngebungkus makanan buat dibawa pulang. Tapi ternyata di sini harganya muahalll karena banyak dipakai buat sesajen atau cenderamata. Hmmmm mau ga mau aku musti mengakui kalau plastik itu emang praktis dan ekonomis ya...

Setelah arisannya selesai, total sampah hasil arisan ini cuma satu kantung kresek kecil berisi plastik kerupuk dan beberapa serbet kertas bekas. Dikit banget kan? Porsi makanannya juga pas banget. Cukup buat dimakan di tempat, cukup buat dibawa buat oleh-oleh, cukup buat dibagiin ke tetangga yang ga kebagian, tapi juga masih cukup buat aku+M'pri. Sip dehhh....Sukses arisannya! :)

Secara pengeluaran juga ternyata aku ga ngelewatin budget loh...Ini rinciannya:

Asinan:
Wortel : 7500
Taoge : 2000
Cabe : 2000
Bengkoang+mangga muda: 10000
Kacang : 6500
Kol :3000
Ebi :8000
Cuka : 2000
Gula :6000
Kerupuk :12000

Pisang Aroma:
Kulit lumpia :15000
Pisang raja : 7000
Gula : pake sisa asinan

Jus Semangka:
Semangka :15000
Gula : Pake sisa asinan

TOTAL : 96000 ( dibuletin jadi 100.000 buat minyak goreng)

50 Tahu isi Bu Anang @ 1000: 50000, jadi total konsumsi Rp. 150.000,00. Pas kan?

Credits:
- M'pri yang udah bantu beres-beres, ngupas dan marut buah-buahan+ sayur-sayuran. Suami siaga banget deh!
- Naomi-chan buat pinjeman gelas dan sendoknya. Arogatou gozaimashita, Naomi-chan!
- Bu Yogi, buat bantu nyapu, ngepel, bersih-bersih dan lainnya.
- Myself! I'm soo proud of myself! Ternyata aku bisa nyedian makanan buatan sendiri buat arisan ini....Horeee!