Selasa, 27 Mei 2008

Paradoks

Pada saat Ali bin Abu Thalib menjabat sebagai khalifah, ada seseorang bernama 'Ala' bin Ziyad Al-Haritsi yang mendekatinya.

"Amirul Mukminin, saudara saya Ashim bin Ziyad telah meninggalkan kehidupan dunia. Dia berpakaian dengan pakaian yang sangat lusuh, duduk menyendiri dan meninggalkan segala sesuatu..", curhat 'Ala'.

"Pergilah panggil Ashim!", perintah Ali.

Ketika Ashim datang, Ali bin Abu Thalib berkata kepadanya,

"Hai musuh dirinya sendiri! Setan telah merampas akalmu! Kenapa engkau tidak mengasihani anak istrimu? Apakah engkau pikir Allah SWT yang telah menciptakan semua nikmat yang suci dan halal ini tidak akan rela jika kau gunakan pada tempatnya? Demi Allah, engkau lebih rendah daripada apa yang kau duga!"

Jawab Ashim,

"Ya Amirul Mukminin, engkau pun serupa denganku. Engkau menyengsarakan dirimu sendiri dan kehidupanmu. Engkau tidak mengenakan pakaian yang halus, tidak menyantap makanan yang lezat. Karena itulah, aku mengikutiku sebagai teladan, melangkah sebagaimana engkau melangkah!"

Lalu kata Ali,

"Ashim, engkau keliru....Aku berbeda denganmu.

Aku mempunyai suatu kedudukan yang tidak kau miliki. Aku adalah seorang pemimpin. Kewajiban pemimpin itu lain. Allah SWT mewajibkan kepada setiap pemimpin untuk berlaku adil. Rakyatnya yang paling rendah merupakan ukuran bagi kehidupan pribadinya. Pemimpin selayaknya hidup seperti kalangan rakyat yang paling miskin, agar kehidupan mereka tidak lebih memperparah keadaan rakyatnya.

Karena itu, di pundakku ada kewajiban dan di pundakmu ada kewajiban lain."

~ dari buku Pesan Indah dari Makkah dan Madinah, oleh Ahmad Rofi' Usmani...one of my favorite book.~

2 komentar:

  1. aneh juga ya kalau pada ingin jadi balon cagub jaman sekarang.

    BalasHapus
  2. Minta izin quote satu paragraph yang mbahas soal pemimpin itu ya.
    Terima kasih (asumsinya sudah diizinkan)

    BalasHapus